welcome to the free zone...your expression is amazing...

Sabtu, 30 Juni 2007

konversi agama; sebuah pengantar

A. Latar Belakang
Ilmu jiwa agama adalah ilmu yang membahas kejiwaan agama seseorang yang tercermin dari cara beribadah orang tersebut dan tingkah lakunya dalam berinteraksi sebagai mahluk sosial. Dalam disiplin ilmu jiwa agama terdapat sub pembahasan yang menerangkan konversi agama. Seorang penganut agama pasti akan mengalami sebuah konversi agama dalam kehidupan beragamanya. Konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang masuk atau berpindah pada suatu sistem kepercayaan baik dari satu agama ke agama yang lain ataupun terhadap agama yang dianutnya sendiri.
B. Pengertian Konversi Agama
Konversi berasal dari kata conversio yang berarti tobat, pindah, atau berubah. Max Henrich, mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah pada suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya; baik itu dari satu agama ke agama yang lain atau terhadap agama yang dianutnya sendiri.
Dari pengertian diatas konversi agama memuat pengertian sebagai berikut:
1)Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama yang dianutnya.
2)Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan, sehingga perubahan tersebut dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
3)Perubahan tersebut tidak hanya berlaku bagi pemindahan kepercayaan dari satu agama ke agama yang lain, akan tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
4)Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan, perubahan tersebut juga disebabkan oleh faktor petunjuk dari tuhan yang maha kuasa.
C. Macam-Macam Konversi
Starbuck membagi konversi menjadi dua macam, yaitu:
1)Type valitional (perubahan secara bertahap)
Yaitu konversi yang terjadi melalui sebuah proses; sedikit demi sedikit, hingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru. Konversi ini sebagian besar terjadi dari suatu perjuangan batin pelaku yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mencari hakikat suatu kebenaran.
2)Type self surrender (perubahan secara drastis)
Yaitu konversi yang terjadi secara mendadak. Seorang pelaku tanpa mengalami proses tertentu tiba-tiba berubah pendirian terhadap suatu agama yang dianutnya. Perubahan tersebut bisa berupa kondisi dari tidak taat menjadi taat, dari tidak kuat imannya menjadi kuat imannya, dari tidak percaya menjadi percaya. Konversi ini lebih disebabkan karena faktor hidayah Tuhan Yang Maha Esa.
D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Konversi
Para ahli melihat adanya pengaruh hidayah yang dominan dalam proses terjadinya konversi pada diri seseorang. Tapi, perlu juga ditelusuri faktor-faktor lain; baik itu dari latar belakang sosiologis, faktor kejiwaan maupun faktor pendidikan pelaku.
Para ahli sosiologi berpendapat bahwa terjadinya konversi agama disebabkan oleh pengaruh-pengaruh sosial, antara lain:
(1)Hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan atau tidak.
(2)Kebiasaan yang rutin.
(3)Anjuran atau propoganda dari orang-orang yang dekat; seperti keluarga atau shabat karib.
(4)Pengaruh pemimpin agama.
Sedangkan Zakiah Daradjat mengemukakan faktor-faktor penyebab konversi agama, sebagai berikut:
(1)Adanya pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan.
(2)Pengaruh dari tradisi agama.
(3)Ajakan (seruan) atau sugesti.
(4)Faktor-faktor emosi.
(5)Kemauan.
Sedangkan menurut para ahli psikologis yang menyebabkan terjadinya konversi, sebagai berikut:
(1)Adanya tekanan batin; yang akan mendorong pelaku untuk mencari jalan keluar, yaitu ketenangan batin.
(2)Jiwa yang kosong atau tidak berdaya; yang akan mendorong pelaku untuk mencari perlindungan pada kekuatan lain yang mampu memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa pelaku.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa terjadinya konversi tidak hanya didorong oleh faktor luar (ekstern) saja, akan tetapi juga disebabkan faktor dari dalam (intern). Yang termasuk dalam faktor dari luar (ekstern) antara lain:
(1)Faktor keluarga, seperti: keretakan keluarga, ketidakharmonisan keluarga, berlainan agama, kurang mendapatkan perhatian yang cukup dari keluarga.
(2)Faktor lingkungan tempat tinggal.
(3)Faktor kemiskinan.
(4)Perubahan status, seperti: keluar dari suatu perkumpulan atau komunitas, perubahan pekerjaan, dan kawin dengan orang berlainan agama.
E. Proses Konversi
Proses konversi mengandung dua unsur, yaitu:
(1)Unsur dari dalam; adalah proses perubahan diri seseorang atau kelompok yang terjadi dalam batin sehingga terbentuk suatu kesadaran untuk mengadakan transformasi disebabkan krisis yang terjadi dan keputusan yang diambil seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi.
(2)Unsur dari luar; yaitu proses perubahan yang terjadi dari luar diri sehingga mampu menguasai kesadaran pelaku tersebut.
Selanjutnya, Zakiah Daradjat membagi konversi dalam lima tahap, yaitu:
(1)Masa tenang; adalah kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya.
(2)Masa ketidaktenangan, konflik dan pertentangan batin yang berkecamuk dalam dirinya:gelisah, putus asa, tegang, panik dan sebagainya.
(3)Masa konversi
(4)Keadaan tentram dan tenang; muncul perasaan jiwa yang baru, rasa aman dan damai dalam hati.
(5)Ekspresi konversi dalam kehidupan; segala sisi kehidupannya mengikuti aturan-aturan yang diajarkan oleh agamanya.
Proses yang senada juga diungkapkan oleh H. Carrier, yaitu:
(1)Terjadi disintegrasi kognitif dan motifasi sebagai akibat krisis yang dialami.
(2)Reintegrasi kepribadian berdasarkan konsepsi yang baru.
(3)Tumbuh sikap menerima konsep agama yang baru serta peranan yang dituntut oleh ajarannya.
(4)Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan yang suci, petunjuk Tuhan.
Dalam proses konversi tersebut diatas, diawali dengan disintegrasi atau konflik dalam diri seseorang. Kasus demikian biasanya banyak dialami oleh seseorang pada masa dewasa, dimana seseorang membutuhkan pegangan hidup yang akan menentramkan jiwanya. Pelaku berusaha mencari makna hidup yang hakiki. Setelah mengalami konversi agama, pelaku akan mengalami kesadaran yang tinggi. Pelaku akan sampai pada tahap kematangan beragama.
F. Pengalaman Beragama
Pengalaman beragama (religius experience) adalah unsur dari perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah).
pengalaman religius adalah pengalaman yang terjadi dalam “ruang sebelah dalam” (inner space) manusia. Dalam “ruang sebelah dalam” ini manusia mengembangkan suatu pusat kekuatan, sehingga kebebasannya berkembang secara penuh dan berhubungan langsung dengan pusat kekuatan alam semesta. Dalam ”ruang sebelah dalam” ini terdapat struktur apriori terhadap suatu yang irasional dan struktur tersebut terdapat dalam “perasaan hati” keinsyafan beragama (sense religius).
Keinsyafan beragama merupakan dasar dari segala sesuatu kegiatan rohaniah manusia yang dapat muncul dalam bentuk kerja kreatif, seperti: agama, filsafat, ilmu, seni, cinta dan sebagainya. Pengalaman religius merupakan suatu pengalaman ”misterum tremendum” (yang menakutkan) dan “misterium fascinosum” (tercekam, terpesona, tertarik dan terpikat oleh-Nya).
Diantara aspek dari pengalaman religius adalah: “rasa ketakjuban” (sense of wondering), “rasa keheranan” (sense of marveling) kesadaran akan makna hidup dan eksistensi dirinya serta kesadaran menghadapi perasaan rumit mengenai keterkaitan dirinya dengan dunianya.
Kondisi pengalaman puncak religius dapat dimasukkan dalam tahap terakhir, yaitu kepercayaan yang mengacu pada universalitas. Bila dikaji lebih seksama, tahap kepercayaan yang mengacu pada universalitas lebih mendekati pada puncak pengalaman mistik.
Pengalaman puncak mistisme mengandung teknik yang rumit, suatu disiplin yang keras. Memasuki wilayah mistisme tanpa perediaan bertapa sama mustahilnya dengan menjadi atlet tanpa menjalani latihan fisik. Inisiasi kearah pertapaan sangat berat. Orang yang ingin mengalami perjalanan yang sangat sulit dan berat ini harus meninggalkan segala hal keduniawian.
Selanjutnya, perlu dijelaskan apakah yang dimaksud dengan kesadaran? Kesadaran mempunyai tiga fungsi: afektif (perasaan), kognitif (pikiran), konatif (kemauan). Dalam praktiknya, ketiga fungsi tersebut menggunakan tiga alat, yaitu: penalaran (rasio), penghayalan (imajinasi), dan perencanaan atau pengendalian.
Apabila kesadaran telah sampai pada kesadaran mistik, obyek kesadaran kita menjadi mutlak; yaitu kebenaran mutlak, kebaikan mutlak dan keindahan mutlak. Yang pada hakikatnya adalah kesatuan yang merupakan sumber yang satu bagi semua nilai-nilai.
Disamping itu, kesadaran mistik juga disebut dengan “kesadaran transendental”; karena dengan kesadaran psikologis ini pelaku merasa berada dibalik segala sesuatu yang ada. Dalam dunia tasawuf kesadaran ini disebut dengan ma’rifah. Terdapat beberapa tanda untuk sampai pada ma’rifah, yaitu:
(1)Adanya pengetahuan (mengenal Allah Swt dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya).
(2)Membenarkannya dan diimplikasikan dengan perbuatan.
(3)Membersihkan diri dari akhlak madzumah atau akhlak tercela.
(4)Lama berdiri dimuka pintu Tuhan, dalam arti beribadah.
(5)Hatinya senatiasa i’tikaf pada Tuhan.
Berpijak pada penjelasan diatas, maka sangat sesuai atas firman Allah Swt dalam Hadist Qudsi, yang artinya sebagai berikut:
“Barang siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku akan menyatakan perang kepadanya. Tidak akan dapat hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dengan menunaikan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku selalu mendekat kepada-Ku dengan amalan-amalan, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya, dengan mana ia bisa mendengar. Aku menjadi penglihatannya, dengan mana ia dapat melihat. Aku menjadi tangannya, dengan mana ia dapat memukul. Aku menjadi kakinya, dengan mana ia dapat berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya. Dan apabila ia berlindung kepada-Ku, niscaya Aku akan melindunginya”.
G. Kesimpulan
Konversi berasal dari kata conversio yang berarti tobat, pindah, atau berubah. Max Henrich, mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah pada suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya; baik itu dari satu agama ke agama yang lain atau terhadap agama yang dianutnya sendiri.
konversi dibagi menjadi dua macam, yaitu: Type valitional (perubahan secara bertahap) dan Type self surrender (perubahan secara drastis).
Para ahli melihat adanya pengaruh hidayah yang dominan dalam proses terjadinya konversi pada diri seseorang. Tapi, perlu juga ditelusuri faktor-faktor lain; baik itu dari latar belakang sosiologis, faktor kejiwaan maupun faktor pendidikan pelaku.
Pengalaman beragama (religius experience) adalah unsur dari perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah).

DAFTAR PUSTAKA
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. I.
Zakiah Daradjat. 1991. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang.
Jalaluddin & Ramayulis. 1993. Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia.
Hanna Djumhanna. 1996. Meraih Hidup Bermakna, Jakarta: Yayasan Paramadina.
Budi Munawar-Rahman. 1990. Pengalaman Religius Dalam Logika Bahasa, jurnal Ulumul Qur’an, no. 6, vol. II.
Kania Rusli. Dkk. 1987. Misteri Manusia, Bandung: Remaja Karya, cet. I.
Armahedi Mahzar. 1983. Integralisme; Sebuah Rekonstruksi Filsafat, bandung: pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar