welcome to the free zone...your expression is amazing...

Minggu, 13 Desember 2009

lagi gokil

kenapa tak kau pecahkan saja malam ini dengan gelak tawa?

biar semua tahu bahwa kau sedang tidak biasa...

terbius suasana merdu yang mengantarmu pada mimpi yang semu...
dan hanya satu yang ingin kau laku...

mencaci semua tak menentu...
lalu mau apa lagi dirimu setelah itu?

Terserah padamu..

Sabtu, 12 Desember 2009

mengapa harus ada?

aku merasa ke"ada"an membuatku menjadi ti"ada"
terdampar dalam kebisingan waktu menjerit tapi tak bersuara mengapa semua seolah acuh padaku... sampai dimana aku sekarang?akupun tak tahu... dan dimanakah ku kan mengakhiri hariku?hanya Tuhan yang tahu...

Jumat, 11 September 2009

Imsak

Seakan sang waktu terhenti sejenak
Mengingatkanku tuk membersihkan riak
Dalam kalbu yang tertutup ambisi dan emosi
Akan hayalan dan angan-angan masa muda yang bergairah
Bolehlah sedikit ku mencuri waktu
Untuk memikirkan ada apa dengan masa mudaku
Akankah semua kenangan masa lalu kan hanya berlalu
Tanpa ada simpul-simpul yang merentangkan kemasa depan
Lelah ku berjalan menyusuri lorong waktu
Mencoba tuk menggapai sesuatu yang semu
Percuma ku berlari sekuat hati
Bila toh akhirnya seperti ini
Izinkan aku tuk tetapkan langkah kembali… Tuhan
Menuntaskan apa yang belum sempat ku kerjakan
Agar aku yang mendatang bukan lagi aku yang sekarang
Biar impian ini bukan sekedar gairah tetapi merupakan anugerah

Kau

Kau rengkuh semua mimpi; merasuk lalu kau tinggal pergi…
Kau luapkan hayalan; tapi kau sendiri yang menghilang…
Kau berikan kesejukan; yang berakhir penderitaan…
Kau lenyapkan semua sepi; yang selalu setia menemani…
Betapa bodohnya diri kau tipu lagi
Dengan rayuan dan belaian berduri
Lelah kujelang esok hari
Karena semua tak lagi ceria kembali…
Selamat, kau menangkan pertaruhan ini
Kau mampu menyandang gelar yang lebih tinggi
Dari seorang munafik kelas teri
Menjadi pejantan yang suka menebar mani
Maaf bila terlambat untuk mencaci diri…

Raguku

Raguku
Dimana kan ku pijakkan kakiku
Menetapkan langkah tinggalkan masa lalu
Merajut mimpi tuk terus berpacu
Menorah tinta biru
Sesalku
Kemana kan kuratapi kisahku
Mengenang kesia-siaan melewatkan waktu
Membual janji omong kosong palsu
Mencoreng nafsu pilu
Diamku
Mengapa masih banyak yang tabu
Merenungkan kuasa dibalik sesuatu
Memikat matahari tuk beradu
Memetik bunga syahdu
Sampai saat menjelang tidurku
Disenja hari yang menyisakan malu

Sejenak Terhenti

Ah… lelah ku terdiam; menjadi wayang yang dilakonkan…
Letih ku berjuang; bila dukungan yang dinantikan tak jua datang…
Sedih ku merenung; namun tak ada hati yang menyanjung…
Perih ku menahan; gejolak hasrat yang terpendam…
Ah… mau jadi seperti apa akhir catatanku…
Entahlah semua tak ada yang tahu…
Namun ku berharap tak berhenti tuk langkahkan kaki…
Meski jalan berliku dan harus tertatih-tatih…
Demi tuntaskan impian yang memberi ambisi
Memberi sedikit warna dalam hidup ini
Semoga menjelang hari esok yang bisa kutapaki
Dengan senyum lebar pertanda nurani bebas berlari

Sabtu, 29 Agustus 2009

Sang Rembulan Kehidupan

Kehidupan… menyimpan sejuta kenangan
Dalam sanubari setiap insan
Mentari selalu kan tetap menjelang
Meski banyak jiwa telah pergi dan hilang
Kesan begitu menyenangkan
Tapi selalu ada maksud dibalik setiap
senyuman
Hati menjadi kian bimbang
Akankah sampai kehendak pada tujuan
Kadang sesalku bertahta
Mau jadi apa ku dihari tua
Menjadi pilihan diantara beberapa
Mengulum senyuman melihat tingkah yang
muda

Selasa, 11 Agustus 2009

Ilusi

Semua hanya ilusi
Yang menghantar pada mati
Firasat yang tiada berarti
Hanya hiasan hati berduri
Lelap mengatup malam
Teriak mengutuk siang
Perjalanan panjang tiada berteman
Diujung penantian tiada terkenang
Yang tinggal hanya sesal

Diam

Mungkin ku tak selamanya kan bicara
Tentang bagaimana segalanya kurasa
Biar lelahku tuk tetap kan diam
Pada malamlah ku mulai berdendang
Riang seringai raja munafik
Kubur tangisku yang tercekik
Jerit luka yang tak berbekas
Dihati yang kian mencadas

Tak tahu

Belajar memahami cinta
Semakin ku tak mengerti dibuatnya
Naifkah jiwa yang merindukannya
Menyayat hati tinggalkan luka
Maaf ku telah mengenalmu.. awal bertemu semula
tak begitu.. kemudian entah siapa yang mengusik
lebih dulu.. tapi semakin lama semakin ku terjerat
pilu…
Tuk sekedar bertemu
Tuk sekedar menawarkan rindu
Sungguh ku tak pernah malu
Ucapkan kata sayangku
Namun ku hanya meragu
Akankah cinta ini memang untukku..

TAWA, NYANYIAN & TARIAN SURGA

Tawa yang melambungkan angan untuk
selalu bertasyakur atas setiap nafas yang
Dia anugerahkan akan lebih bermanfaat
dibandingkan sujud dalam seribu malam
dengan harapan untuk mendapatkan
imbalan.
Nyanyian dan tarian alam akan lebih
memabukkan jiwa dalam menyingkan hijab
keagunganNya jika dibandingkan bacaan
kalam Ilahi yang dihiasi dengan riya' dan
ketiadaan niat untuk menjalankannya.

Rabu, 24 Juni 2009

Malam

Malam…masihkah tersisa ego diri
jikalau kemauan sudah terkontaminasi?
Pagi…adakah ketenangan diri
jika waktu berjalan penuh emosi?
Siang…sempatkah istirahatkan hati
jika terik menantang nurani?
Sore…adakah tambatan hati
jika sudah saatnya tuk ucapkan pergi?
Teman…sampai disini kata terhenti,
Tinggallah sepi yang menemani
Sobat…cukupkah romantika selesai disini,
Mengiringi kepergian yang melukai
Bisik kenangan indah yang pernah bersemi…
Mantapkan langkah tuk tetap teruskan hari…
Terimakasihku pada waktu yang telah
mengajariku akan etika dan harga diri,
tentang rasa dan kemunafikan diri.
Meski lelah menyelimuti namun impian
mencoba tetap mengobati
Meski perih tak tertahan lagi namun cinta
tetap setia menemani
Menjelang pagi…
Menunggu mati…
Dan yang tertinggal hanya jejak kaki dari
perjalanan kisah ironi.

Kamis, 18 Juni 2009

Fleksibilitas dalam beragama

A. Konteks Kajian
Islam bukanlah agama yang kolot dan tertutup seperti yang banyak
dibicarakan orang barat. Tanggapan yang sinisisme pada Islam hanya akan
menyebabkan persepsi yang salah dan pandangan yang terlalu sempit dalam
memahami Islam itu sendiri. Padahal dalam Islam, ajaran yang ada sangat pluralis
dan beragam. Sampai saat ini kita telah mengenal Islam Madzhab Syafi’i, Hanafi,
Hanbali, Maliki dan lain sebagainya.
Dari beragam perbedaan aliran yang ada bukan berarti Islam kemudian
terpecah belah dan bersifat eksklusif – dari golongan satu kepada golongan yang
lainnya. Justru dari sini Islam tampil sebagai agama yang fleksibel yang
memudahkan umatnya untuk menjalankan syari’atnya. Hal ini direpresentasikan
dengan beragamnya aliran – madzhab – yang ada, karena memang Islam selalu
bisa di-konteks-kan dengan adat dan kultur masyarakat yang pasti berbeda.
Dalam tataran hukum syari’at, Islam sangat melonggarkan dan
memudahkan umatnya. Ajaran yang terpecah menjadi madzhab-madzhab ini
kemudian memberikan banyak pilihan kepada umat Muslim untuk bisa
menjalankan syari’at secara fleksibel tanpa menanggalkan konsitensinya. Maka
dikenal istilah “talfiq” – berpindah madzhab –, demi memudahkan umat dalam
menjalankan syari’at.

B. Islam dan Fleksibelitasnya
Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin. Slogan ini bukan sekedar
isapan jempol saja. Fleksibelitas ajaran Islam tidak bisa disangkal lagi.
Banyaknya aliran dan madzhab yang melingkupi perjalanan sejarah agama
samawi ini menjadi bukti konkret bahwa ajaran yang dibawa Nabi besar, Nabi
Muhammad SAW selalu bisa dikontekskan dengan keadaan dan situasi dimana
ajaran tersebut dilaksanakan.
Meskipun bila kita menilik kisah sejarah perjalanan agama Islam banyak
diisi dengan perdebatan, pemberontakan, pembunuhan dan pengkafiran; namun
hal itu tidak kemudian memberikan stigma bahwa agama ini lebih erat
hubungannya dengan kekuasaan dan penghukuman. Agama terakhir ini justru
tampil dengan dapat lebih mentolelir berbagai keadaan dan kondisi umat yang
menjalankan ajarannya.
Banyaknya aliran dan madzhab yang ada, justru makin menguatkan
kebenaran bahwa dalam Islam perbedaan yang ada menjadi keleluasaan dan
kelonggaran untuk menjalankan ajarannya. Perbedaan yang ada bukan menjadi
penghalang demi membuat agama Islam menjadi agama yang Rahmatan Lil
Alamin.

C. Perbedaan Kaifiyah Wudlu Menurut Empat Madzhab
Kita lebih spesifikkan bersuci menjadi berwudlu, karena wudlu sendiri
merupakan ibadah – untuk mensucikan diri, baik jasmaniah maupun rohaniah –
yang menjadi wasilah untuk mengerjakan ibadah yang lainnya; seperti salat,
thawaf dan sebagainya.
Untuk lebih menyingkat pembahasan, maka yang akan dipaparkan hanya
seputar rukun-rukun wudlu dan perkara yang membatalkan wudlu menurut empat
madzhab saja. Adapun dalail tentang kefardluan wudlu untuk melakukan shalat
adalah ayat al-Qur’an Surat al-Maidah: 6, yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki… (QS al-Maidah: 6)
1. Rukun-Rukun Wudlu
a. Niat; ulama’ Maliki dan Syafi’i berpendapat niat harus bersamaan dengan
membasuh bagian muka. Sedangkan ulama’ Hanbali mengatakan niat
adalah syarat, sehingga bila dilakukan sebelum membasuh muka sah-sah
saja. Sementara madzhab Hanafi berpendirian niat adalah sunah, kecuali
jika berwudlu dengan air bekas/ ketika bertayamum, maka niat menjadi
wajib.
b. Membasuh muka; para ulama’ sepakat bahwa batas muka adalah dari
ujung dahi bagian atas sampai dagu bagian bawah dan dari pinggir telinga
sampai kepinggir telinga yang satunya.
c. Membasuh kedua tangan sampai dengan siku.
d. Menyapu kepala; para imam madzhab tidak sependapat mengenai kadar
yang harus dibasuh. Madzhab Maliki dan Hanbali berpendapat wajib
menyapu seluruh kepala. Kecuali imam Hanbali yang mengatakan
menyapu kedua belah kuping, karena keduanya termasuk dalam bagian
muka. Sementara golongan Hanafi berpendapat bahwa yang wajib adalah
menyapu seperempat bagian. Sedang madzhab Syafi’i mencukupkan
menyapu kurang dari seperempatnya; bahkan tiga helai rambut sudah
dicukupkan.
e. Tertib; urutan diatas haruslah tertib menurut ulama’ Syafi’iyah dan
Hanbali. Sementara ulama’ Hanafi dan Maliki bewrpendapat tertib dalam
berwudlu adalah sunah, bukan fardlu.
f. Muwalah/ berturut-turut
g. Ulama’ Malikiah menambahkan menggosok anggota wudlu menjadi
rukun. Sedangkan ulama’ Hanbali menambahkan berkumur dan
memasukkan air kedalam hidung menjadi rukun, dengan pertimbangan
keduanya merupakan daerah muka.
2. Perkara yang Membatalkan Wudlu
a. Segala sesuatu yang keluar dari pintu pelepasan (qubul maupun dubur).
Termasuk didalamnya yaitu: kencing, tahi, kentut, mazi, wadi dan mani –
kecuali menurut imam Syafi’iyah yang mengatakan tidak membatalkan
wudlu tetapi diwajibkan untuk mandi. Mengenai sesuatu yang tidak biasa
keluar seperti kerikil dan sebagainya, itu membatalkan wudlu kecuali
pendapat imam Maliki; hal-hal tersebut tidak membatalkan wudlu selama
tidak ditelan terlebih dahulu.
b. Tidur nyeyak hingga hilang kesadarannya dengan tanpa menetapnya
pantat pada tempat duduk. Demikian pendapat golongan Hanafi dan
Syafi’i. hal ini berdasarkan pedoman mereka bahwa pada hakikatnya tidur
tidak membatalkan wudlu tetapi hanya dikhawatirkan ada sesuatu yang
keluar dari jalan pelepasan. Berbeda dengan madzhab Maliki dan Hanbali
yang mengatakan pada hakikatnya tidur itu membatalkan wudlu.
c. Hilang akal, baik karena gila, pingsan, mabuk atau Karena obat-obatan.
Hal ini disepakati oleh para Ulama’.
d. Bersentuhan dengan lawan jenis. Menurut madzhab Hanafi, menyentuh
saja tidaklah membatalkan wudlu, tetapi yang membatalkan ialah
bertemunya kemaluan laki-laki dan perempuan tanpa adanya penghalang.
Sedangkan ulama’ Syafi’i berpendirian bahwa wudlu menjadi batal
disebabkan bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan dengan
syarat yang disentuh sudah baligh dan bukan muhrim serta antara
keduanya tidak ada penghalang. Bukan rambut, kuku ataupun gigi, tetapi
kulit. Sementara golongan Maliki dan Hanbali menyatakan bersentuhan
kulit dengan lawan jenis membatalkan wudlu sekalipun dengan muhrim
jika disengaja untuk mendapatkan kenikmatan. Namun bila tidak
disengaja, maka tidak membatalkan wudlu.
e. Menyentuh kemaluan tanpa ada penghalang, demikian juga menyentuh
pintu dubur, kecuali kemaluan binatang. Ulama’ Syafi’i dan Hanbali
berpendirian bahwa wudlu menjadi batal disebabkan menyentuh
kemaluan sendiri maupun orang lain yang masih menempel maupun
sudah terlepas, anak kecil maupun orang dewasa, orang hidup maupun
orang mati. Dengan syarat persentuhan tersebut dengan telapak tangan
bagian dalam menurut Syafi’iah dan juga punggung tangan menurut
Hanbaliah. Sementara golongan Hanafi berpendapat bahwa menyentuh
kemaluan sendiri maupun orang lain tidak membatalkan wudlu. Berbeda
dengan golongan Maliki yang menyatakan bahwa yang membatalkan
wudlu adalah menyentuh kemaluan sendiri, sedang menyentuh kemaluan
orang lain dihukumi sama dengan menyentuh kulit lawan jenis.
f. Sesuatu yang keluar dari tubuh kecuali jalan pelepasan; seperti darah,
nanah ataupun najis lainnya. Namun menurut ulama’ Syafi’iah dan
Malikiah semua itu tidak membatalkan wudlu. Berbeda dengan madzhab
Hanbali yang mensyaratkan benda yang keluar tersebut cukup banyak
menurut ukuran umum. Sedang madzhab Hanafi menyaratkan benda
tersebut mengalir dan melewati tempat keluarnya.
g. Muntah yang memenuhi mulut. Namun golongan Syafi’iah dan Malikiah
berpendapat tidak membatalkan wudlu.
h. Murtad. Namun menurut golongan Hanafi dan Syafi’i wudlu orang
murtad tidaklah batal.

DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rahbawi, A. Qodir. Salat Empat Mazhab. Cet X. Tejmh Zeid Husain Al-Hamid
dkk. Pustaka Litera Antar Nusa: Bogor. 2008.
Bisri, A. Mustofa. Fikih Keseharian Gus Mus. Khalista: Surabaya. 2005.
Djatniko, rahchmat dkk. Perkembangan Ilmu Fiqh di Dunia Islam. Bumi Aksara:
Jakarta. 1992.
Syahrur, Muhammad. Prinsip dan Dasar Hermeneutika Hukum Islam
Kontemporer. Cet II. Terjmh Sahiron Syamsuddin. elSAQ Press: Yogyakarta.
2007.

Jumat, 29 Mei 2009

Selamat datang di dunia

Disini buas kian merayu
Disini nafsu kian berpacu
Disini lelah tuk mengadu
Disini rindu kian diadu
Disini kepentingan yang menang
Disini iman diperjual belikan
Disini jerit tak dipedulikan
Disini birahi yang menguasai
Disini goda kan selalu setia
Disini yang terlihat hanya tawa
Disini maya seolah tampak nyata
Disini yang munafiklah yang terbaik

Sudah terlalu sering

Pagi sudah terlalu sering
terlewatkan tanpa makna. Sepi
sudah terlalu sering menghiasi
malam. Lelah sudah terlalu sering
terngiang dalam diri. Mimpi sudah
terlalu sering hanya pelipur lara
hati.
Tawa sudah terlalu sering hanya
menjadi kedok. Luka sudah terlalu
sering mencabik-cabik. Waktu
sudah terlalu sering mengusik.
Kata sudah terlalu sering mencaci
maki.
Kenapa tak sekalian saja semua
pergi?toh biarkan saja ku tinggal
sendiri. Tanpa ada yang mau
peduli. Biarkan saja semua
kenangan ku pendam sendiri. Toh,
takkan ada yang mau mengingat
lagi. Biarkan saja kegilaan ini
menjadi milikku sendiri. Tanpa ada
yang merasa iri dan drengki.

Saat Tuk Memaki

Jam menunjukkan pukul SATU siang. Kepalaku penat tak
tertahankan…
Sehari sebelumnya, entah kenapa ku terjebak DOSA yang
sama; berulang setiap teman akrabku menghendaki. NAFSU…
Menyesalkan hati terkecil mengingat kemunafikan yang selalu
menyelimuti. Tauriyah yang keluar dari organ pen”CIUM”an
selalu saja hendak menutupi kebusukan diri.
Entah kenapa MANUSIA harus terlahir begini… sungguh
menyayat hati, pilu ku dibuatnya; sesak ku memikirnya.
Biarlah, toh semuanya kembali pada SIKLUS yang sama, ada
kemudian bertahan untuk menjadi ADA lalu kan tiada.
Manusia menjual mimpi-mimpi MANIS dan bertukar kepurapuraan
untuk saling menghargai, mencintai, menyayangi. Tapi
dibaliknya tersimpan api amarah, BENCI dan caci maki; semua
tak lepas dari kepentingan dan keuntungan yang hendak
dikuasai.
Andai ada sedikit RUANG untukku mengungkap siapa dibalik
semua itu? sungguh, malamku tiada pernah TENANG, pagiku
serasa kelam, siangku selalu resah. Tiada dapat ku
menyalahkan setan yang SETIA menemani. Walau lelah ku
harus tetap mengikuti arus HIDUP untuk sekedar menjadi
pura-pura ada. Meskipun sejatinya ku HAMPA..
Hanya luka yang tersisa UNTUK dirasa…mengenang ku akan
usia yang mendekati SIRNA.
SATU DOSA dari NAFSU selalu CIUMi MANUSIA. SIKLUS
kehidupan memang ADA MANIS yang dirasa, tapi telalu banyak
menyisakan BENCI. Beri ku RUANG TENANG yang selalu SETIA
menemani HIDUPku yang HAMPA, UNTUK kemudian SIRNA.