welcome to the free zone...your expression is amazing...

Sabtu, 28 Juni 2008

Tentang peran, tugas dan tanggung jawab Guru

A. Latar Belakang Masalah
Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu ataupun antara individu dengan lingkungannya. Dalam pengertian ini terdapat kata "perubahan" yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan baik dari segi tingkah laku, pengetahuan, maupun sikapnya.
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan sebagai bahan pengajaran dalam proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses dimana didalamnya terdapat serangkaian interaksi timbal balik antara guru dan murid demi mencapai tujuan edukatif. Proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena pentingnya guru dalam proses belajar ini, maka guru dituntut untuk bisa menjalankan peranan, tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pengajar.

B. Tugas Guru
Apabila kita kelompokkan; terdapat tiga jenis tugas guru, yaitu:
1.Tugas Dalam Bidang Profesi
Tugas guru dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti menanamkan, meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan dasar hidup kepada anak didiknya. Mengajar berarti mengembangkan dan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan dan potensi dalam diri anak didik.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.Tugas Dalam Bidang Kemanusiaan
Tugas kemanusiaan menuntut seorang guru untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik. Guru harus bisa menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi anak didik di sekolah.
3.Tugas Dalam Bidang Kemasyarakatan
Dalam bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga Negara Indonesia yang bermoral Pancasila. Ini berarti seorang guru berkewajiban mencerdaskan Bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.
Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah; tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dengan lingkungan masyarakat.

C.Peran Guru
Peran yang harus dijalankan oleh seorang guru yaitu, antara lain sebagai:
1.Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhi anak didik sebelum dia masuk kesekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultur masyarakat dimana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang buruk harus disingkirkan dan yang baik harus dipertahankan dari jiwa dan watak anak didik. Ini berarti guru dalam peranannya sebagai korektor yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak terbatas pada dinding sekolah; namun juga diluar sekolah (lingkungan masyarakat).
2.Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan stimulus bagi kemajuan belajar anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Guru harus memberikan inspirasi bagi kemajuan anak didik.
3.Informator
Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi tentang perkembangan kemajuan dan teknologi kepada anak didik. Informasi yang baik dan efektif diperlukan anak didik untuk mengembangkan sisi pengetahuannya. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasa adalah kuncinya. Guru yang baik adalah guru yang mengerti informasi apa yang diperlukan anak didik.
4.Organisator
Guru juga memiliki peranan sebagai organisator dalam pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata organosatoris sekolah. Jika semua perangkat diorganisatoriskan, maka akan tercipta suasana yang kondusif demi mencapai efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar disekolah.
5.Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bersemangat dan aktif dalam belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru harus dapat menganalisis motif-motif apa yang menyebabkan anak didik malas belajar dan menurunnya prestasi anak didik dikelas. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik serta menganeka ragamkan cara belajar dikelas.
6.Inisiator
Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Guru harus menjadikan dunia pendidikan tidak lagi menakutkan bagi anak didik. Khususnya menjadikan interaksi edukatif yang lebih kondusif agar lebih baik.
7.Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang membantu kemudahan kegiatan belajar bagi anak didik. Lingkungan belajar yang menyenangkan, ruangan kelas yang rapi dan fasilitas yang lengkap tidak boleh terlewatkan oleh guru. Sehingga nantinya akan tercipta suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar.
8.Pembimbing
Kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa yang bersusila dan mempunyai kecakapan hidup. Guru diharapakan mampu memberi bimbingan kepada anak didik dalam mengatasi kesulitan dan menghadapi tahap kedewasaannya.
9.Demonstrator
Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat dipahami oleh anak didik. Guru harus berusaha memperagakannya, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik.
10.Pengelola Kelas
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola keadaan kelas dengan baik. Sebab kelas adalah tempat yang penting dalam interaksi edukatif. Maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah belajar dikelas dengan motifasi yang tinggi.
11.Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran dalam berbagai bentuk dan jenisnya; baik yang material maupun yang nonmaterial.
Sebagi mediator, guru dapat pula diartikan sebagai penengah dalam proses belajar anak didik. Dalam diskusi, guru dapat berperan sebagai pengatur jalannya diskusi.
12.Supervisor
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar.
13.Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang penilai yang baik dan jujur; baik dalam aspek instrinsik maupun aspek ekstrinsik. Berdasakan hal ini, guru harus dapat memberikan penilaian dalam dimensi yang luas.
Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga meniali prosesnya. Dari sini guru akan mendapat umpan balik (feetback) tentang pelaksanaan pengajaran yang dilakukan untuk lebih meningkatkan proses interaksi edukatif menjadi lebih baik.

D. Tanggung jawab guru
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didiknya. Membimbing anak didik menjadi pribadi yang susila adalah tanggung jawab yang akan selalu diemban seorang guru. Guru harus membina anak didiknya agar dimasa mendatang menjadi orang yang berguna bagi Bangsa, Negara dan Agama.
Adalah menjadi tanggung jawab seorang guru untuk memberikan sejumlah norma kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan mana yang asusila; mana perbuatan yang bermoral dan mana yang tidak bermoral.
Jadi, guru bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya dalam mendidik jiwa dan watak anak didik.

E. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
Tugas seorang guru, meliputi: tugas dalam bidang profesi, tugas dalam bidang kemanusiaan, tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Peran yang harus dijalankan oleh seorang guru yaitu, antara lain sebagai: (1). Korektor, (2). Inspirator, (3). Informator, (4). Organisator, (5). Motivator, (6). Inisiator, (7). Fasilitator, (8). Pembimbing, (9). Demonstrator, (10). Pengelola Kelas, (11). Mediator, (12). Supervisor, (13). Evaluator,
Guru bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya dalam mendidik jiwa dan watak anak didik.
Dalam mencapai tujuan pendidikan, guru merupakan salah satu faktor yang berperan paling penting. Dan guru dituntut harus mampu menjalankan tugas, peran dan tanggung jawabnya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1991. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Cet VIII. Sinar Baru: Bandung.
Bahri Djamarah, Syaiful. 2000. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Cet I. Pustaka Cipta: Jakarta.
_____________. 1994. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Usaha Nasional: Surabaya.
Hasibuan JJ. & Moedjiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. Rosda Karya Remaja: Bandung.
Idhoci Anwar, Mohc. 2003. Administrasi Pendidikan Dan Managemen Biaya Pendidikan. Cet I. Alfabeta: Bandung.
Uzer Ustman, Moh. 2006. Menjadi Guru Profesional. Cet XX. Rosda Karya Remaja: Bandung.

Tentang Manusia; Tinjauan Teologis

A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan ini tidaklah kekal. Manusia diciptakan oleh Tuhan tidak untuk kepentingan-Nya; melainkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Manusia haruslah bisa memanfaatkan waktu yang diberikan untuk bisa mencapai ridho-Nya agar selamat dalam menjalani kehidupan ini dan kehidupan setelahnya.
Manusia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk menentukan kehidupannya sendiri. Ingin pintar harus belajar, ingin kaya harus bekerja keras. Manusia diberi anugerah berupa akal pikiran untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan akallah manusia bertindak. Akan tetapi manusia juga diberi nafsu yang selalu condong kapada keburukan dan kejelekan. Kehidupan memanglah pilihan; pilihan untuk menjadi baik atau menjadi buruk. Dengan pilihan semacam itu, manusia bisa menentukan jalannya sendiri. Itulah hakekat kebebasan manusia.
Namun manusia tetaplah tidak lepas dari tangung jawab. Tanggung jawab sebagai kholifah fil’ardhi untuk menjaga alam semesta ini; tanggung jawab sebagai makhluk Tuhan untuk selalu menyembah kepada-nya. Dan tanggung jawab ini akan dipertanyakan oleh Tuhan kelak dihari akhir.

B. Hakikat Manusia Prespektif Al-Qur’an
Al-Qur’an mengungkapkan manusia dalam tiga istilah, yaitu:
1.Al-Basyar.
Menurut bahasa kata al-Basyar berarti suatu yang tampak baik dan indah atau bergembira dan memiliki kulit. Manusia disebut al-Basyar karena memiliki kulit yang permukaannya ditumbuhi rambut.
Kata Basyar merujuk pengertian manusia dalam kapasitasnya sebagai makhluk jasmaniyah, yang secara fisik memiliki persamaan dengan makhluk lainnya; yaitu membutuhkan makan dan minum untuk tetap hidup. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kata al-Basyar menunjukkan aspek realitas manusia sebagai pribadi sekaligus sebagai makhluk biologis.
2.Al-Nas, Al-Insan.
Al-Nas dalam konteks ini dipandang dari aspeknya sebagai makhluk sosial. Al-Qur’an menjelaskan bahwa penciptaan manusia bertujuan untuk bergaul dan berhubungan antara sesamanya. Saling membantu, saling menasehati agar berpegang pada kebenaran.
Kata al-Insan lebih mengacu kepada peningkatan derajat yang karenanya manusia diberi potensi berupa akal dan nurani demi mengemban beban tanggung jawab dan amanat sebagai kholifah fil ‘ardh. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
3.Bani Adam.
Secara umum istilah Bani Adam menunjukkan bahwa manusia berasal dari Adam AS. Dalam artian bahwa secara historis manusia merupakan keturunan Nabi Adam AS.
Dari sinilah maka persamaan dan persatuan umat manusia haruslah terbina. Karena pada dasarnya semua manusia adalah saudara.

C. Tujuan Dan Fungsi Kehidupan Manusia
Tujuan kehidupan manusia adalah menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka dari itu Tuhan menurunkan al-Qur’an untuk dijadikan sebagai pedoman bagi manusia agar bisa selamat didunia dan akhirat.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang berkewajiban untuk selalu menyembah dan bersujud kepada-Nya. Dalam al-Qur’an pun dituturkan, yang artinya: Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia; Maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.(QS. Al-Mu’min: 65)
dituturkan pula, yang artinya: Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah? (QS. An-Nahl: 52)
Dari sini dapat disimpulkan tujuan dan fungsi kehidupan manusia adalah menyembah kepada-Nya agar mendapat kebahagiaan didunia dan akhirat.

D. Kebebasan Manusia
Manusia diberi kekuasaan untuk memilih setiap tindakan yang hendak dilakukannya. Dalam pengertian yang berhubungan erat dengan kemerdekaan dan kebebasannya untuk mengerjakan amalan-amalan itu; seperti perihal keluar dari rumah menuju kepasar, memakan makanan dan mengenakan bermacam-macam pakaian.
Ada banyak perbedaan pendapat mengenai kebebasan manusia. Diantaranya ada yang mengatakan bahwa manusia hanyalah mengikuti apa-apa yang diperintahkan Tuhan untuk melakukannya. Pendapat ini seolah mengatakan bahwa manusia hanyalah sebagai boneka yang dipaksa untuk mengerjakan gerakan yang diinginkan oleh si Penggerak. Yang demikian inilah pendapat yang dianut oleh sekelompok golongan yang dikenal dengan sebutan al-Jabariyah.
Sementara itu ada salah satu pendapat yang bertolak belakang dengan pendapat kaum Jabariyah; yakni yang mengatakan bahwa manusia dapat melaksanakan pekerjaan dengan kemauannya sendiri; yang disebut al-Qodariah.
Adapun pendapat kaum Asy’ari mengatakan bahwa manusia hanyalah sebagai pelaku saja. Yang pasti menciptakan segala kegiatan manusia adalah Allah SWT. Dengan kata lain bahwa Allah yang menciptakan kenyang ketika manusia itu mau makan, Allah menciptakan pintar ketika manusia itu mau belajar.
Manusia diberi dan dibekali dengan kekuatan, bakat dan tenaga. Kesemuanya itu dapat digunakan untuk menuju kearah kebaikan, tetapi juga dapat digunakan untuk menuju kearah keburukan.
Allah SWT membekali manusia dengan akal dan pikiran sejak dari lahir yang dengannya manusia dapat membedakan antara yang benar dan salah. Dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam hal perbuatan. Serta dapat membedakan mana yang dusta dan tidak dusta dalam hal perkataan.
Manusia diberi kebebasan untuk berkehendak dan berbuat sesuai dengan keinginannya . Adapun ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan perihal ketetapan kebebasan dan kemerdekaan manusia antara lain, yang artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya. (QS. Al-Fusshilat: 46)
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).(QS. As-Syuura: 30)
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(QS. Ar-Rum: 41)
Namun demikian, manusia tidak akan bisa lepas dan menghindar dari ketetapan Allah SWT. Manusia memang mempunyai kebebasan dan hak memilih dalam segala perbuatan dan tindakannya; akan tetapi masih tetap dibawah koridor takdir Tuhan.

E. Tanggung Jawab Manusia
Adalah pasti bahwa manusia akan dimintai pertanggung jawabannya perihal segala perbuatan dan tingkah lakunya sendiri oleh Allah SWT kelak dihari akhir. Inilah akidah umat Islam yang harus selalu dipegang teguh. Karena dengan akidah ini manusia tidak akan bertindak dan berbuat semaunya sendiri tanpa memperhitungkan akibatnya kelak.

F. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
Secara definitif manusia adalah (1) makhluk jasmaniyah, yang secara fisik memiliki persamaan dengan makhluk lainnya; yaitu membutuhkan makan dan minum untuk tetap hidup. (2) Manusia juga sebagai makhluk sosial. Al-Qur’an menjelaskan bahwa penciptaan manusia bertujuan untuk bergaul dan berhubungan antara sesamanya. Manusia diberi potensi berupa akal dan nurani demi mengemban beban tanggung jawab dan amanat sebagai kholifah fil ‘ardh. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. (3) kemudian persamaan dan persatuan umat manusia haruslah terbina. Karena pada dasarnya semua manusia adalah saudara.
Tujuan dan fungsi kehidupan manusia adalah menyembah kepada-Nya, mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya; Agar mendapat kebahagiaan didunia dan akhirat.
Manusia diberi dan dibekali dengan kekuatan, bakat dan tenaga, serta akal dan pikiran sejak dari lahir; Yang dengannya manusia dapat membedakan antara yang benar dan salah. Manusia diberi kebebasan untuk berkehendak dan berbuat sesuai dengan keinginannya. Namun demikian, manusia tidak akan bisa lepas dan menghindar dari ketetapan Allah SWT. Manusia memang mempunyai kebebasan dan hak memilih dalam segala perbuatan dan tindakannya; akan tetapi masih tetap dibawah koridor takdir Tuhan.
Segala tingkah laku dan perbuatan manusia akan dimintai pertanggung jawabannya kelak. Dan itu adalah dipastikan oleh Allah SWT kelak dihari akhir.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan & Rozak, Abdul. 2001. Ilmu Kalam IAIN & PTI. Cet I. Pustaka Setia: Bandung.
.Hari, Zamharir. 1987. Insan Kamil, Konsep Manusia Menurut Islam. Grafiti Perss: Jakarta.
H.M. Layli, Mansyur. 2000. Pemikiran Kalam Dalam Islam. Rosda Karya Remaja: Bandung.
Muchtar, Afiatun. 2001. Tunduk Kepada Allah SWT, Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia. Cet I. Khazanah Baru: Jakarta.
Nasution, Harun. 1982. Akal Dan Wahyu Dalam Islam. UI Perss: Jakarta.
Saqib, Sayid. 1995. Aqidah Islam (Ilmu Tauhid). Cet XIII. CV. Diponegoro: Bandung.
Supiana & Karman, M. 2003. Materi Pendidikan Agama Islam. Rosda Karya Remaja: Bandung.

Pengembangan Media Belajar

A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses belajar mengajar diperlukan sebuah media yang efektif dan efisien demi menunjang kesuksesan out put dari proses belajar mengajar tersebut. Media merupakan suatu pengantar (alat) yang harus dikuasai oleh seorang guru untuk memberikan pemahaman yang mudah dimengerti oleh para siswa.
Salah satu kriteria yang sebaiknya digunakan dalam pemilihan media adalah dukungan terhadap isi bahan (materi) pelajaran dan kemudahan memperolehnya. Apabila media yang sesuai dengan kebutuhan belum tersedia, maka seorang guru harus berupaya untuk mengembangkannya sendiri. Oleh karena itu, guru perlu menguasai teknik pengembangan media sederhana yang dapat dikerjakan oleh sendiri.
Media tersebut meliputi media berbasis visual (meliputi gambar, grafik, transparasi dan slide), media berbasis audio visual (video dan audio tape) dan media berbasis komputer serta media video interaktif.

B. Media Berbasis Visual.
Yaitu, sebuah media yang menampilkan gambar (visual) yang dapat merepresentasikan sebuah materi pelajaran. Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk. Seperti foto, gambar/ ilustrasi, sketsa, grafik, bagan, dan penggabungan dari dua bentuk atau lebih.
Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan efektifitas bahan-bahan visual tersebut. Hal ini hanya dapat dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan gagasan yang timbul kemudian merencanakannya dengan seksama, lalu menggunakan teknik dasar visualisasi obyek, konsep, informasi maupun situasi.
Tatanan elemen visual tersebut harus dapat menampilkan visualisasi yang dapat dimengerti dan dapat menarik perhatian; sehingga mampu menyampaikan pesan yang diinginkan dalam penggunaannya.
Dalam proses penataan itu, harus diperhatikan pinsip-prinsip desain tertentu. Antara lain: (1). Prinsip Kesederhanaan; Secara umum, kesederhanaan itu mengacu pada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang sedikit lebih memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan. Pesan yang panjang dan rumit harus dibagi-bagi kedalam bebarapa bahan sehingga mudah dibaca dan dipahami. Demikian pula teks yang ada harus dibatasi (tidak terlalu panjang) serta memakai huruf yang sederhana dan mudah dibaca. Kalimatnya pun harus ringkas tetapi padat dan mudah dimengerti. (2). Keterpaduan; Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat diantara elemen, yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan yang dapat dikenal sehingga membantu pemahaman terhadap pesan yang terkandung didalamnya. (3). Penekanan; Meskipun penyajian dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran, hubungan, prespektif, warna atau ruang. (4). Keseimbangan; Bentuk atau pola yang dipilih, sebaiknya menempati ruang yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris. (5). Bentuk; Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan perhatian. Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian pesan perlu diperhatikan. (6). Garis; Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat menuntun perhatian siswa untuk mempelajari sebuah urutan-urutan khusus. (7). Tekstur; Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halus. Tekstur dapat digunakan untuk penekanan terhadap sebuah unsur. (8). Warna; Warna merupakan unsur yang penting, tetapi harus digunakan secara hati-hati untuk memperoleh hasil yang baik. Warna dapat mempertinggi tingkat realisme obyek atau situasi yang digambarkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan warna, yaitu: (a). Pemilihan warna khusus, (b). Nilai warna (ketebalan dan ketipisan), (c). Intensitas atau kekuatan warna.
1. Gambar.
Gambar yang dimaksud disini termasuk gambar, lukisan dan sketsa (garis). Tujuan utama penampilan berbagai jenis gambar ini adalah untuk memvisualiasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa.
-Gambar jadi.
Materi pelajaran yang memerlukan visualisasi dalam bentuk ilustrasi yang diperoleh dari sumber yang ada. Gambar-gambar dari majalah, brosur dan selebaran.
-Gambar garis.
Meskipun tidak memilki latar pendidikan kesenian, kita dapat membuat gambar garis (sketsa sederhana). Dalam membuat gambar garis, ciri utama obyek yang akan digambarkan harus tetap ada. Sebagai contoh: wajah yang ceria dapat dibedakan dari wajah yang cemberut dengan garis melengkung pada mulut.
Aksi yang berlangsung dapat dilukiskan dengan baik dengan gambar garis. Seperti: orang yang berdiri atau berlari.
Bentuk suatu obyek yang sederhana dapat dilukiskan dengan gambar garis tanpa mengkhawatirkan penafsiran yang keliru dari siswa. Misalnya gambar rumah, sepatu maupun gambar hewan.
Dalam pengajaran bahasa asing, gambar garis dapat digunakan untuk mendorong ungkapan gagasan siswa, baik secara lisan maupun tertulis. Gambar cerita yang disajikan secara berurutan dapat melatih siswa untuk merangkaikannya menjadi sebuah cerita yang utuh.
-Flash Card (kartu kecil yang berisi gambar/ teks yang mengingatkan siswa kepada suatu materi pelajaran).
Gambar garis dapat digunakan pada media Flash Card yang bisaanya berukuran 8 X 12 cm. Semisal, kartu abjad dapat digunakan untuk melatih siswa agar dapat mengeja secara lancar; kartu gambar, dapat digunakan untuk memperkaya kosa kata siswa.
-Strip Story.
Yaitu, merupakan potongan-potongan teks yang sering digunakan dalam pengajaran bahasa asing.
Teknik strip story mempermahir siswa menyusun kata atau kalimat menjadi suatu untaian yang utuh. Kartu-kartu itu disusun secara acak, kemudian siswa ditugaskan untuk mengurutkan dan membaca kata pada kartu tersebut secara tepat.
Ada pula dibalik setiap kartu dituliskan arti kata, sehingga siswa dapat memahami arti dari kata tersebut.
-Papan Kantong.
Untuk membuat papan kantong, diperlukan papan triplek dan kartu nama. Pada papan triplek dilekatkan beberapa deretan kantong karton. Pada deretan karton tersebut dapat dipindahkan beberapa kertas kecil yang bertuliskan kata-kata atau ungkapan.
2.Fotografi.
Foto menghadirkan ilustrasi yang hampir menyamai kenyataan dari suatu obyek. Foto seperti bentuk visualisasi lainnya, dapat ditemukan dari surat akbar, majalah, brosur maupun buku.
Ada beberapa kriteria pemilihan foto dalam tujuan pengajaran, yaitu: mendukung pencapaian tujuan pengajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang memadai, validitas dan menarik. Foto juga harus disesuaikan dengan tingkat usia siswa, sederhana atau tidaknya; sehingga siswa tidak salah dalam menafsirkannya.
Foto sebagai media pengajaran haruslah artistik, dalam artian foto tersebut haruslah mempertimbagkan faktor seperti; komposisi, pewarnaan yang efektif dan teknik pengambilan gambar yang baik. Foto juga haruslah jelas, karena hanya dengan ketajaman dan kontras yang baik akan dapat memberikan ketepatan yang memadai untuk menggambarkan kenyataan yang ditampilkan. Kebenaran foto (validitas) menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, bukan foto suatu obyek yang dibuat-buat.
Pengaturan unsur gambar, didasarkan pada hasil penelitian yang berhubungan dengan persepsi dan desain seni; Agar gambar dapat dikenal dengan jelas, dan membawa perasaan yang tertentu. Prinsip-prinsip yang harus dikembangkan antara lain: (a). Kebanyakan materi visual secara normal memiliki format horizontal. Usahakan agar tidak mencampurkan format horizontal dan format vertikal dalam satu seri gambar. (b). Usahakan agar gambar hanya memfokuskan pada satu obyek utama atau pusat perhatian. (c). Jaga supaya latar belakang tetap sederhana. Agar tidak membingungkan, hilangkan semua obyek yang mengganggu. (d). Masukkan beberapa latar depan untuk menciptakan kedalaman sebuah foto. (e). Jadikan foto tersebut dinamis dengan menyeragamkan posisi atau sudut pandang pengambilan gambar. (f). Jika mengambarkan sebuah aksi, usahakan agar ada ruang kosong yang memadai didepan aksi. (g). Rasakan dan guunakan penalaran dalam menentukan komposisi foto. Pikirkan apa yang akan dicapai dalam pemotoan tersebut.
3.Bagan.
Bagan sering ditemukan dalam buku pelajaran. Bagan harus memiliki tujuan pengajaran yang jelas. Bagan itu ditekankan sehingga memberi informasi verbal dan visual yang dapat dengan mudah dipahami. Berbagai macam jenis bagan menurut bentuknya, yaitu:
a)Bagan organisasi. Menunjukkan hubungan perintah atau instruksi dalam suatu organisasi.
b)Bagan klasifikasi. Hampir mirip dengan bagan organisasi; tetapi umumnya digunakan untuk menjelaskan atau mengelompokkan obyek, peristiwa atau spesies.
c)Bagan kronologis. Alur waktu menggambarkan hubungan kronologis antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain. Garis urutan amat bermanfaat untuk meringkas urutan waktu dari serangkaian peristiwa.
d)Bagan alir. Adalah bagan proses yang menunjukkan suatu urutan, prosedur atau aliran proses.
e)Tabel. Berisikan informasi angka-angka atau data. Tabel merupakan media yang sangat baik untuk menunjukkan informasi waktu yang ditampilkan dalam bentuk kolom-kolom.
4.Grafik.
Grafik merupakan representasi simbolis dan artistik suatu obyek atau situasi. Grafik menampilkan sajian visual data angka-angka. Grafik juga dapat menggambarkan hubungan dan perbandingan antar unit data. Ada beberapa macam grafik, diantaranya yaitu:
a)Grafik batang.
Grafik ini sangatlah sederhana, mudah dibuat dan mudah dimengerti. Pada lazimnya, grafik ini dibuat dengan menggunakan batang sebagai gambaran kelompok data secara vertikal atau horizontal. Tinggi atau panjang batang menunjukkan besarnya data; dan semua batang berukuran sama lebarnya.
b)Grafik garis.
Merupakan grafik yang tepat dan paling sering digunakan untuk melukiskan kecenderungan atau membandingkan dua kelompok data. Grafik garis didasarkan pada dua skala pada sudut tegak dan lurus. Setiap titik memiliki nilai tertentu. Garis ditarik untuk menunjukkan dua kelompok data yang berubah-ubah setiap waktu.
c)Grafik lingkaran.
Grafik lingkaran relatif mudah diinterpretasikan. Lingkaran dibagi kedalam segmen-segmen yang masing-masing mewakili satu bagian presentase dari keseluruhan data. Salah satu penggunaan khusus grafik lingkaran adalah untuk mengambarkan informasi mengenai porsi dan prosentasi. Jumlah bulat lingkaran mempunyai arti presentase 100 %.
d)Grafik gambar.
Merupakan bentuk alternatif lain dari grafik batang; dimana serangkaian gambar sederhana digunakan untuk melukiskan nilai. Grafik gambar secara visual menarik bagi siswa, terutama bagi anak kecil.
Namun demikian, grafik gambar lebih sulit dibaca dan dimengerti daripada grafik batang. Karena jika simbol gambar digunakan untuk menampilkan jumlah tertentu, maka gambar akan terpotong separuh atau sepertiga. Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kebingungan, sebaiknya nilai setiap rangkaian gambar dicantumkan.
5.Transparasi.
Merupakan gambar/ film besar yang diproyeksikan oleh guru untuk memvisualisasikan konsep, proses, statistik atau ringkasan didepan kelompok.
Teknik pembuatan transparasi dapat digolongkan kedalam teknik pembuatan langsung dan tidak langsung. Ada beberapa cara pembuatan tranparasi tidak langsung, yaitu transfer tempel (yaitu, proses tempel menggunakan huruf-huruf dan simbol-simbol serta grafis yang terdapat dipasaran), transfer kopi (yaitu, dilakukan dengan cara mengkopi transparasi yang sudah tersedia yang dirancang secara khusus diatas kertas biasa), transfer kimiawi (yaitu, dengan mengunakan bahan-bahan kimiawi).

C. Media Berbasis Audio-Visual.
Media audio-visual merupakan bentuk media pengajaran yang terjangkau. Sekali kita membeli tape dan peralatan seperti recorder, hampir tidak diperlukan lagi biaya tambahan. Karena tape dapat dihapus setelah digunakan dan pesan baru dapat direkam kembali.
1.Radio Tape.
Penggunaan media audio dalam pengajaran dibatasi hanya oleh imaginasi guru dan siswa. Media audio dapat digunakan dalam semua fase pengajaran dimulai dari pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan topik bahasan sampai pada evaluasi hasil belajar siswa. Penggunaan media audio sangat mendukung sistem pembelajaran tuntas (mastery learning). Siswa yang belajarnya lamban dapat memutar kembali dan mengulangi bagian yang belum dikuasainya.
Mempersiapkan diri. Guru merencanakan dan menyiapkan diri sebelum penyajian materi. Salah satu cara mempersiapkan diri sebelumnya adalah dengan memeriksa dan mencoba materi itu, membuat catatan tentang hal-hal penting yang mencakup materi, serta menentukan apa yang akan digunakan untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa.
Membangkitkan kesiapan siswa. Siswa dituntun agar memiliki kesiapan untuk mendengar. Dorong siswa untuk mendengarkan dengan tenang, pusatkan perhatian dan buka pikiran; serta dengan kemauan dan kesadaran sepenuhnya.
2.Kombinasi Slide Dan Suara.
Gabungan slide dengan tape audio adalah sistem multimedia yang cukup jarang diproduksi. Sistem multimedia ini serba guna dan mudah digunakan dalam pengajaran kelompok. Multimedia ini dapat digunakan pada berbagai lokasi. Keefektifan penyajian pelajaran melalui multimedia ini memerlukan perhatian khusus pada faktor-faktor berikut:
a)Sajikan konsep atau gagasan satu per satu.
b)Gunakan bidang penayangan dilayar untuk tujuan tertentu dalam menyampaikan materi.
c)Susunlah unsur-unsur gambar itu dan aturlah hubungan antara unsur-unsur tersebut dengan pertimbangan bahwa pesan utama diletakkan ditengah layar.
d)Pilihlah musik yang dapat menyentuh perasaan dalam penyajian.
e)Gunakan efek suara asli untuk memberikan bayangan realisme dalam penyajian.
f)Jangan terlalu banyak narasi.
g)Dalam beberapa hal; penggunaan lebih dari satu suara dalam narasi akan membuat penyajian lebih dinamis.

D. Media Berbasis Komputer.
Penggunaan komputer sebagai media pengajaran dikenal dengan nama pengajaran bantuan komputer {Computer Assisted Learning (CAL)}. Macam-macam dari CAL ini bila ditinjau dari situasi belajar dan tujuan penyampaian yaitu:
1.Tutorial.
Yaitu, program pengajaran dengan menggunakan bantuan komputer yang meniru sistem tutor yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi atau pesan bisa berupa teks, gambar atau grafik. Pada saat siswa diperkirakan telah membaca, menginterpretasikan, dan menyerap pesan; maka akan ada satu pertanyaan yang diajukan. Jika jawaban benar komputer akan melanjutkan ke konsep selanjutnya. Begitu juga sebaliknya, bila siswa salah komputer akan kembali pada konsep sebelumnya.
2.Drills And Practice (latihan).
Yaitu, latihan untuk mempermahir ketrampilan atau memperkuat penguasaan. Komputer menyiapkan serangkaian soal atau pertanyaan yang serupa dengan soal latihan dibuku pelajaran.
Sebagian besar program drills and practice merekam hasil jawaban siswa yang kemudian dapat dilaporkan atau ditunjukkan kepada siswa atau guru pada akhir kegiatan dan menjadi landasan untuk pengajaran selanjutnya
3.Simulasi.
Program simulasi dengan bantuan komputer mencoba untuk menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata. Program ini berusaha memberikan pengalaman masalah dunia nyata yang berhubungan dengan resiko seperti bangkrut, malapetaka nuklir, dan lain-lain.
4.Permainan instruksional.
Program permainan yang dirancang dengan baik dapat memotivasi siswa dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Permainan intruksional yang berhasil menggabungkan aksi-aksi permainan video dan keterampilan penggunaan papan ketik pada komputer. Siswa dapat menjadi terampil mengetik karena dalam permainan siswa dituntut untuk menginput data dengan mengetik jawaban atau perintah dengan benar.
Keberhasilan penggunaan komputer dalam pengajaran tergantung kepada berbagai faktor seperti proses kognitif dan motivasi dalam belajar. Oleh karena itu para ahli telah mencoba untuk mengajukan prinsip-prinsip perancangan CAI yang diharapkan bisa melahirkan program CAI yang efektif. Prinsip-prinsip perancangan CAI tersebut antara lain:
a)Belajar harus menyenangkan. Untuk membuat proses pembelajaran dengan bantuan komputer (terutama permainan instruksional) lebih menyenangkan ada tiga unsur yang perlu diperhatikan. Pertama, menantang; kedua, fantasi; ketiga, ingin tahu.
b)Interaktivitas. Dalam merancang program CAI, kegiatan pengajaran dengan bantuan komputer yang dapat memenuhi keperluan interaktivitas dalam pembelajaran sebaiknya mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:
-Dukungan komputer yang dinamis.
-Dukungan sosial yang dinamis.
-Aktif dan interaktif.
-Keleluasan.
-Power.
c)Kesempataan berlatih harus memotivasi dan cocok.

E. Multimedia Interaktif Video.
Konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap menjalankan fungsi utama sebagaimana biasanya. Jenis peralatan ini adalah komputer, video dan proyektor. Informasi yang disajikan melalui multimedia ini berbentuk dokumen yang hidup, dapat dilihat dilayar monitor atau diproyeksikan ke layar lebar; Dapat didengar suaranya, dilihat gerakannya baik berbentuk video maupun animasi. Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti dan jelas. Informasi dapat mudah dimengerti karena adanya banyak indera yang memungkinkan untuk menyerap informasi itu.
Kemampuan teknologi elektronik semakin besar. Bentuk informasi grafis, video, animasi, diagram, suara dan bentuk lainnya dapat dengan mudah dihasilkan dengan mutu yang baik.
Multimedia berbasis interaktif video ini sangat menjanjikan untuk penggunaannya dalam bidang pendidikan. Meskipun saat ini penggunaan multimedia ini masih dianggap mahal, dalam beberapa tahun mendatang biaya yang akan dikeluarkan akan semakin terjangkau sehingga dapat digunakan oleh berbagai jenjang sekolah.

F. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
Pengembangan media pengajaran harus dikuasai oleh seorang guru. Agar media dapat berfungsi dengan baik, maka seorang guru harus mampu memahami dan menerapkannya dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan. Adapun pengembangan media dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: (1). Media Berbasis Visual. Yaitu, sebuah media yang menampilkan gambar (visual) yang dapat merepresentasikan sebuah materi pelajaran. Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk. Seperti foto, gambar/ ilustrasi, sketsa, grafik, bagan, dan penggabungan dari dua bentuk atau lebih. (2). Media Berbasis Audio-Visual. Merupakan bentuk media pengajaran yang menampilkan bentuk ilustrasi berupa gambar sekaligus menghasilkan suara. Adapun macam-macam pengembangannya antara lain: radio tape dan kombinasi slide dan suara. (3). Media Berbasis Komputer. Adapun pengembangannya yaitu: Tutoria, Drills And Practice (latihan), Simulasi, Permainan instruksional. (4). Multimedia Interaktif Video.

DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Arsyad. 2000. Media Pengajaran. Cet II. Grafindo Persada: Jakarta.
Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Cet VI. Citra Aditya Bakti: Bandung.
Rahardjo, Sudima As Dkk. 1986. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan & Pemanfaatannya. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Sudjana, Nana & Rifa’i, Ahmad. 2001. Media Pengajaran. Cet IV. Sinar Baru Algesindo: Jakarta.

program pendidikan ekstensi dan dampaknya

A. Latar Belakang Masalah
Kampus sebagai dunia akademika harus mampu mencetak output yang memiliki nilai tawar dalam era globalisasi sekarang ini. Dan dalam melaksanakan programnya, civitas akademik diharuskan mampu mengelompokkan mahasiswa-nya ke setiap spesifikasi jurusan yang akan ditempuh
Program pendidikan ekstensi bagaikan buah simalakama bagi setiap Perguruan Tinggi (PT) yang ada. Apabila ditiadakan, maka akan mengakibatkan kemerosotan kuantitas mahasiswa dan menghalangi kesempatan bagi tenaga kerja yang memiliki keinginan untuk menempuh dunia akademik kuliah. Namun apabila terus diadakan, maka akan mengakibatkan kemerosotan dan penurunan akreditas bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Kemudian karena itulah banyak PTS yang memprotes kebijakan lampau Dirit dan menuntut untuk meniadakan program ekstensi yang ada di PTN-PTN seluruh Indonesia.
Dampak yang diakibatkan dari program ekstensi inilah yang nantinya akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap keberhasilan civitas akademik yang ada di Indonesia dalam merealisasikan program-programnya.

B. Maksud Dan Tujuan Pogram Ekstensi.
Program ekstensi adalah program pendidikan berjenjang S1 yang penyelenggaraannya dilakukan diluar kegiatan program reguler dengan menggunaan kurikulum yang sama dengan program reguler. Program studi ekstensi ini merupakan pendidikan lanjutan (Continuing Education) yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan skill mahasiswa yang sudah menjadi tenaga kerja.
Tujuan dari program ekstensi adalah:
1.Meningkatkan daya tampung dengan memberikan kesempatan kepada lulusan Diploma dan SLTA/ SMU yang tidak mempunyai hak mengikuti seleksi UMPTN untuk meningkatkan jenjang pendidikannnya ke program Strata Satu (S1).
2.Memberi kesempatan kepada anggota masyarakat yang sudah bekerja untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kompetensinya.
3.Meningkatkan rating pendapatan pemasukan perguruan tinggi sebagai Badan Hukum Perguruan Tinggi (BHPT).
4.Mengarahkan lulusan yang menguasai kemampuan dan ketrampilan dalam bidang tertentu dan mampu mandiri dalam pelaksanaan maupun tanggung jawab pekerjaannya.
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SisDikNas) pasal 7 ayat 2 serta pasal 9 & 46 ayat 1 secara jelas menuangkan amanat pembiayaan pendidikan kepada masyarakat melalui model pembiayaan bersama dengan masyarakat setempat (Cost Sharring/ Community Cost). Sehingga semua bentuk lembaga pendidikan kini tak lagi hanya sebatas sebuah lembaga yang berfungsi sebagai tempat untuk meningkatkan pendidikan; namun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).
Ketika sebuah perguruan tinggi menjadi PT BHMN, maka ia dituntut untuk memiliki kemampuan mencari dana sendiri dan menggunakan dana tersebut secara profesional. Dalam hal ini, untuk mendapatkan aliran dana adalah dengan cara membuka program studi yang diminati dan sesuai dengan permintaan pasar; diantaranya adalah program studi ekstensi.

C. Dampak Positif Dari Program Ekstensi.
Sebenarnya program ekstensi di Perguruan tingi Negeri (PTN) dilarang menerima lulusan SMU/ SLTA setara yang berstatus Fresh Graduated (baru lulus). Calon mahasiswa program ekstensi diharuskan berstatus karyawan, baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun swasta. Sesuai dengan aturan yang dikeluarkan Dirjen Dikti dengan SK No: 28/Dikti/2002 tentang program reguler dan non reguler.
Pada awalnya program ekstensi memang dibuka untuk memberi kesempatan bagi orang yang bekerja agar bisa melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Sehingga mampu meningkatkan kualitas tenaga kerja di Indonesia.

D. Dampak Negatif (Akibat) Program Ekstensi.
Keberadaan program ekstensi di Perguruan Tinggi Negara (PTN) dikatakan oleh banyak kalangan telah melenceng dari tujuan semula, yakni program pendidikan bagi para karyawan dan tenaga keja. Program ekstensi kerap dijadikan tujuan bagi lulusan yang berduit yang tidak diterima melalui tes UMPTN agar bisa kuliah di PTN ternama. Hal ini menyebabkan dampak yang cukup signifikan bagi Perguruan Tinggi Swasta lainnya. Penurunan jumlah mahasiswa yang masuk di PTS sudah mencapai taraf yang memperihatinkan. Selain itu, ada pula tanggapan yang menyatakan bahwa PTN sengaja berlomba-lomba membuka program ekstensi hanya untuk mencari keuntungan semata. Karena program ekstensi yang ditawarkan sering kali tidak aplikatif terhadap kebutuhan masyarakat.
Berbagai Perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia menyorot pembukaan program ekstensi oleh berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Pasalnya, ketika PTN ini membuka program ekstensi; maka akan berdampak pada penurunan jumlah mahasiswa di PTS. Seperti diberitakan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) bahwa sebagian besar PTS-PTS yang ada di Indonesia sedang kembang kempis. Sepertinya masalah pembukaan program ekstensi di PTN ini harus segera dievaluasi oleh pemerintah. Pasalnya, PTS sudah merasakan imbas dari program ekstensi.
Apabila diklarifikasi, maka program ekstensi sebenarnya tidak mungkin mengikuti aturan Dikti yang hanya memperbolehkan setiap mahasiswa untuk mengambil Satuan Kredit Semester (SKS) maksimal 29 per semester.
Fakta lain juga mengatakan bahwa banyak perguruan tinggi yang membuka program ekstensi mengakibatkan ijazah sarjana semakin mudah (walaupun belum tentu murah) untuk diperoleh.

E. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
Bahwa program ekstensi bagaikan sebuah simalakama bagi perguruan tinggi yang ada. Sebab apabila ditiadakan, maka akan mengakibatkan kemerosotan kuantitas mahasiswa dan menghalangi kesempatan bagi tenaga kerja yang memiliki keinginan untuk menempuh dunia akademik dalam perkuliahan. Namun apabila terus diadakan, maka akan mengakibatkan kemerosotan dan penurunan akreditasi PTS.
Pada awalnya program ekstensi memang dibuka untuk memberi kesempatan bagi orang yang bekerja agar bisa melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Tetapi kemudian terjadi berbagai pelencengan aturan main. Karena ternyata tidak hanya yang bekerja saja yang mengikuti program ini, tetapi juga mereka ynag baru lulus SMU. Hal ini berdampak pada menurunnya jumlah mahasiswa yang masuk pada Perguruan Tingg Swasta (PTS).

DAFTAR PUSTAKA
Barthos, Basir. 1992. Proses Pendirian, Penyelenggaraan & Ujian. Cet II. Bumi Aksara: Bandung.
Jabali, Fuad & Jamhari (Peny). 2002. IAIN & Modernisasi Pendidikan Di Indonesia. Cet I. Logos Wacana Ilmu: Jakarta.
Edi Erwan/ 21 Agustus 2006/ Simpang Siur Pendidikan Tinggi/ http://www.ppi-india.org// http://www.freelist.org.
Antara News/ 14 Februari 2008/ UNDIP Bubarkan Program Ekstensi/ http://www.antara.co.id.
Ina/ 2002/ Berita Singkat/ http://www.sinar harapan.co.id.
UPPTI Universitas Surabaya/ Buku Pedoman Pendidikan Universitas/ 2002/ http:/Fbppub.brawijaya.ac.id.
Zidniy Sa’adah/ 2008/ Kapitalisme Pandidikan/ http://www.khilafah1924.org.
WWS/ 2004/ Kelas Ekstensi Dan Dampaknya/ http://www.wawasandigital.com.

Minggu, 02 Maret 2008

Nikah beda Agama prespektif yuridis

A. Latar Belakang Masalah
Menikah merupakan ketetapan yang diperuntukkan Allah bagi setiap mahluk-Nya. Allah menciptakan mahluk-Nya berpasang-pasangan; laki-laki dan perempuan. Rasulullah menetapkan nikah sebagai salah satu sunnah rasul. Beliau malah menghimbau bagi umat agar cepat-cepat menikah jikalau sudah siap; baik dalam hal jasmani, rohani maupun dalam hal biayanya.
Pada saat Allah membolehkan pernikahan, di sana mengandung tujuan sebagai cara untuk memperbaiki akhlak. Sehingga dapat membersihkan masyarakat dari akhak yang buruk, lebih menjaga kemaluan, menegakkan masyarakat dengan sistem Islam yang bersih.
Didalam Al-Qur'an terdapat keterangan yang menjelaskan kebolehan menikah dengan Ahli Kitab. Lalu siapakah sebenarnya Ahli Kitab tersebut? Dan apakah orang yang menganut agama-agama (selain Islam) yang ada didunia sekarang ini bisa dikatakan sebagai ahli kitab.
B. Hukum Menikah Menurut Islam
Dalam agama Islam, landasan hukum yang wajib diaati dan diikuti adalah Al-Qur'an, Al-Hadist, Ijma' dan Qiyas. Dalam pembahasan kali ini, hukum dasar menikah menurut kesemua landasan hukum Islam diatas adalah boleh (mubah). Lalu hukum ini bisa menjadi sunnah atau bahkan wajib apabila terdapat kemadlaratan apabila tidak melaksanakan nikah. Jadi sudah ada kejelasan hukum sebagai landasan dasar Sunnatullah dalam kehidupan ini. Allah SWT. menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan. Adapun hikmah menikah adalah agar menjaga kelangsungan hidup umat manusia. Serta menjaga kemadlaratan yang akan ditimbulkan apabila nafsu tidak dikoordinir dalam bentuk sebuah pernikahan.
C. Siapakah Yang Dimaksud Ahli Kitab
Dalam Al-Quran terdapat kategorisasi golongan musyrik, mukmin dan Ahli Kitab. Orang musyik adalah mereka yang percaya pada adanya Tuhan, tapi tidak percaya pada Kitab Suci dan atau tidak percaya pada salah seorang Nabi. Mereka itu adalah musyrik Mekah dan secara hukum Islam tidak boleh sama sekali dinikahi. Kalau Ahli Kitab, mereka percaya pada salah seorang Nabi dan salah satu Kitab Suci. Yang diistilahkan Al-Quran dalam surat al-Ma’idah adalah orang-orang yang diberikan Kitab. Mereka percaya bahwa itu adalah kitab suci dan yang diutus kepada mereka adalah seorang nabi; maka menikahi mereka itu dibolehkan. Yahudi boleh karena jelas diutus padanya Musa. Umat Nasrani mempunyai nabi Isa. Juga agama yang lain. Itu pendapat sebagian Ulama yang memperbolehkan nikah berbeda agama.
Namun ada juga ulama yang tidak memperbolehkan menikah berbeda agama. Alasan mereka adalah; yang dimaksud ahli kitab didalam ayat Al-Qur'an adalah orang-orang yang benar-benar mengikuti ajaran nabi mereka sebelumnya dan memang mengamalkan setiap syariat kitab nabi mereka tersebut dengan benar. Dan yang harus ditekankan disini adalah kitab nabi tersebut haruslah kitab yang benar-benar otentik. Tidak seperti kitab injil dan zabur sekarang ini yang kesemuanya karangan manusia. Tidak seperti Al-Qur'an yang masih terjaga keotentikannya dari awal pertama kali diwahyukan kepada Nabi Muhammad.
D. Hukum Menikah Dengan Ahli Kitab Menurut Agama Islam
Seperti dikemukakan diatas, bahwasannya didalam Al-Qur'an terdapat ayat yang menerangkan kebolehan menikah dengan ahli kitab.
Yang menjadi permasalahan pelik sekarang ini adalah perbedaan ulama dalam menafsiri arti kalimat "Ahlul Kitab". Tentunya yang kesetiap ulama itu tidak asal-asalan dalam mengemukakan pendapatnya.
E. Hukum Positif Di Indonesia Dalam Mengatur Tentang Pernikahan Berbeda Agama
Dalam Negara yang kita tempati ini ada sebuah landasan hukum positif yang harus ditaati oleh setiap warga negaranya, yaitu UUD '45 dan Pancasila. Negaraa Indonesia memiliki hukum positif dalam mengatur setiap perkara warga negaranya. Dalam hal ini, Negara juga mengatur tentang pernikahan warga negaranya. Pernikahan dalam hukum Negara Indonesia diatur sedemikian rupa demi terjaganya kesejahteraan warganya.
Dalam konteks ini menikah berbeda agama diperbolehkan dalam hukum positif di Indonesia. Selama tidak ada paksaan didalamnya. Dan tidak pula ada persilisihan dalam keluarganya.
F. Dampak Dari Pernikahan Berbeda Agama
Adapun mengenai pengaruh dan dampak yang negatif dari menikahi wanita Ahli Kitab dapat diringkas sebagai berikut:
1.Dampak Negatif Pada Lingkungan Keluarga.
Dampak negatif pada lingkungan keluarga adalah apabila seorang suami memiliki kepribadian yang kuat maka dia akan mampu mempengaruhi sang isteri dan bahkan mungkin akan menjadikan isteri mau memeluk agama Islam. Tetapi kadang kala yang terjadi justru sebaliknya. Kadang-kadang sang isteri tetap berpegang teguh dengan agamanya yang dahulu dan selalu melakukan aktivitas yang dianggap boleh oleh agamanya, seperti minum khamr, makan daging babi dan bebas berteman dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Dengan perilaku tersebut, seorang wanita dan keluarga muslim akan retak dan berantakan serta anak keturunannya akan hidup dalam lingkungan yang penuh dengan kemungkaran. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kebaikan dan keselamatan.
Bahkan problem tersebut kadangkala akan bertambah lebih buruk apabila sang isteri yang fanatik (terhadap agamanya) sengaja dan tetap bandel mengajak putra-putrinya menemaninya ke gereja, lalu memperlihatkan kepada mereka bagaimana cara-cara ibadah para pendeta. Apalagi jika mereka sampai memperhatikan semua itu. Barang siapa yang tumbuh bersama sesuatu, ia pasti akan tercampuri oleh sesuatu itu.
2.Dampak Negatif Pada Lingkungan Masyarakat.
Banyaknya wanita-wanita Ahli Kitab yang hidup di lingkungan masyarakat muslim merupakan persoalan yang amat berbahaya. Dan yang lebih berbahaya lagi dari semua itu adalah jika kondisi itu muncul dengan terencana.
Adapun bahayanya pada lingkungan masyarakat adalah menyebabkan kemunduran umat Islam –ini memang nyata dan telah terbukti- dan semakin memajukan taraf hidup umat Nashrani. Dalam kondisi seperti ini, mereka sebenarnya adalah kurir-kurir pasukan ghazwul fikr (perang pemikiran) yang sangat berbahaya di dalam tubuh umat Islam dan akan mengusung hal-hal buruk lainnya seperti budaya hidup bebas tanpa batas, kebobrokan moral dan kebiasaan-kebiasaan kaum Nashrani yang sehari-hari mereka kerjakan.
Hal ini diawali dengan kebiasaan ikhtilath (bercampur baur) antara laki-laki dan perempuan dengan diiringi munculnya pakaian-pakaian yang membuka aurat, baik terbuka seluruhnya, separoh ataupun pakaian mini. Bahkan tidak jarang kebiasaan-kebiasaan ini akan merembet kepada tari-tarian model barat, makan dengan tangan kiri, dan memberikan ucapan penghormatan dengan bahasa Perancis maupun Inggris.
Demikianlah, apalagi dampak negatifnya pada aspek politik, pasti lebih dahsyat lagi. Hal ini sebagaimana yang diceritakan oleh Safar Aster tentang kisah seorang wanita Yahudi yang menikah dengan raja Persia. Dia banyak membantu penyebaran keturunan Yahudi di Persia. Sehingga ketika perdana menteri Persia, Haman, hendak mengambil tindakan kepada kaum Yahudi, dia malah membuat propaganda di hadapan raja seolah-olah masalah yang ada adalah sang perdana menteri hendak memberontak. Sehingga ketika datang hari akan dilaksanakan hukuman, justru sang perdana menteri yang di gantung di tempat tiang gantungan yang sebenarnya dipersiapkan untuk orang-orang Yahudi Mardakhai. Lalu bersama sang perdana menteri ini ikut digantung pula para tentara sebanyak 75.000 (tujuh puluh lima ribu) pada tanggal 16 bulan Adzar. Sehingga kemudian hari pada tanggal 14 bulan Adzar menjadi salah satu hari raya resmi kaum Yahudi.
Ini adalah sebagian kecil dari dampak negatif menikah dengan wanita Ahli Kitab.
Hikmah diperbolehkannya seorang Muslim menikahi wanita Ahli Kitab adalah:
Mungkin ada seseorang yang bertanya seraya berkata : “… pengaruh negatif menikahi wanita Ahli Kitab ini senatiasa ada , tetapi kenapa Islam membolehkan hal tersebut dan tidak mengharamkannya?”
Kami katakan, hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita memohon taufiq-Nya, sesungguhnya seorang muslim wajib mengikuti perintah-perintah-Nya, baik ia mengetahui hikmah yang ada di dalamnya ataupun tidak mengetahuinya.
Adapun hikmah dibolehkannya menikahi wanita Ahli Kitab bagi seorang muslim. Para ulama telah mengungkapkan sebagian dari hikmah tersebut, di antaranya yaitu:
[1]. Ahli Kitab adalah sekelompok manusia yang paling dekat kepada petunjuk manakala mereka disodori bukti-bukti dan dijelaskan jalannya. Apabila seorang wanita Ahli Kitab memiliki suami muslim yang memperlakukannya dengan baik, maka dia akan mendapatkan keadilan Islam yang tampak di hadapannya setiap hari dan selalu akan bertambah di matanya. Dengan demikian, bisa jadi cahaya Islam akan terserap ke dalam hatinya, sehingga dia mau memeluk agama Islam yang lurus. Inilah yang sebenarnya kita inginkan agar dia dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
[2]. Sangat mungkin salah seorang muslim jatuh cinta dan tergila-gila kepada wanita non muslimah. Kemudian ia akan cenderung melakkan perbuatan haram tatkala segala pintu untuk mencapai tujuannya telah tertutup dan terkunci. Demikian pula, sangat mungkin salah seorang muslim tinggal di sebuah wailayah yang tidak ada seorang muslimah pun, sedang ia khawatir akan dirinya dan nasib keturunannya jika tetap membujang. Hal itu sangat wajar bila pintu rukhshah (keringanan) dibuka sampai batas tertentu dalam kasus-kasus seperti ini, tidak sebagaimana biasanya. Akhirnya, Allah membuka pintu rukhshah ini, namun tetap memperhatikan kaidah : “Sesungguhnya kemaslahatan masyarakat tidak akan tercipta kecuali dengan meminimalkan dampak buruk yang mungkin timbul.
[Disalin dari kitab Akhkaamu Nikaakhu Al-Kuffaar Alaa Al-Madzhabi Al-Arba’ah, Penulis Humaidhi bin Abdul Aziz bin Muhammad Al-Humaidhi, edisi Indonesia Bolehkah Rumah Tangga Beda Agama?, Penerbit At-Tibyan, Penerjemah Mutsana Abdul Qahhar]
F. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
Ahli Kitab adalah mereka percaya pada salah seorang Nabi dan salah satu Kitab Suci. Yang diistilahkan Al-Quran dalam surat al-Ma’idah adalah orang-orang yang diberikan Kitab. Mereka percaya bahwa itu adalah kitab suci dan yang diutus kepada mereka adalah seorang nabi; maka menikahi mereka itu dibolehkan. Yahudi boleh karena jelas diutus padanya Musa. Umat Nasrani mempunyai nabi Isa. Juga agama-agama yang lain. Itu pendapat sebagian Ulama yang memperbolehkan nikah berbeda agama.
Namun ada juga ulama yang tidak memperbolehkan menikah berbeda agama. Alasan mereka adalah; yang dimaksud ahli kitab didalam ayat Al-Qur'an adalah orang-orang yang benar-benar mengikuti ajaran nabi mereka sebelumnya dan memang mengamalkan setiap syariat kitab nabi mereka tersebut dengan benar. Dan yang harus ditekankan disini adalah kitab nabi tersebut haruslah kitab yang benar-benar otentik. Tidak seperti kitab injil dan zabur sekarang ini yang kesemuanya karangan manusia.
Didalam Al-Qur'an terdapat ayat yang menerangkan kebolehan menikah dengan ahli kitab.
Yang menjadi permasalahan pelik sekarang ini adalah perbedaan ulama dalam menafsiri arti kalimat "Ahlul Kitab". Tentunya yang kesetiap ulama itu tidak asal-asalan dalam mengemukakan pendapatnya.
Adapun mengenai pengaruh dan dampak yang negatif dari menikahi wanita Ahli Kitab dapat diringkas sebagai berikut:
1.Dampak Negatif Pada Lingkungan Keluarga.
2.Dampak Negatif Pada Lingkungan Masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Habieb, Abu Sa'id. (Penrj) Mahfudz, Sahal KH & Bisri, Musthafa KH. 2003. Persepakatan Ulama' Dalam Hukum Islam "Ensiklopedia Islam". Cet II. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Jaiz, Hartono Ahmad (Penys). 2004. Mengkritisi Debat "Fikih Lintas Agama". Cet II. Jakarta: Pustaka Al-Kaustar.
Saekan & Effendi, Erniati. 1997. Sejarah Penyusunan Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia. Cet I. Surabaya: Arkola.
Http://Islamlib.Com/Id/Index.Php?Page=Article&Id=224
Http://Almanhaj.Or.Id/Index.Php?Page=Article&Id=220 Humaidhi bin Abdul Aziz bin Muhammad Al-Humaidhi. (Penrj) Mutsana Abdul Qahhar. Akhkaamu Nikaakhu Al-Kuffaar Alaa Al-Madzhabi Al-Arba’ah. Bolehkah Rumah Tangga Beda Agama?. At-Tibyan.

psikologi pembelajaran

I. Psikologi
A.Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Ditinjau dari arti katanya, psiklogi dapat diartikan ilmu yang mempelajari jiwa. Psikologi mempelajari perilaku sebagai manifestasi jiwa. Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku yang dimaksud adalah dalam pengertian yang luas sebagai manifestasi hayati (hidup) yang meliputi jenis motorik, kognitif, konatif, dan efektif. Perilaku motorik adalah perilaku dalam bentuk gerakan seperti berjalan, berlari, duduk, dsb. Perilaku kognitif ialah perilaku dalam bentuk bagaimana individu mengenal alam di sekitarnya seperti pengamat-an, berfikir, mengingat, mencipta, dsb. Perilaku konatif adalah perilaku yang berupa dorongan dari dalam individu, misalnya kemauan, motif, kehendak, nafsu, dsb. Perilaku afektif ialah perilaku dalam bentuk perasaan atau emosi, seperti senang, nikmat, gembira, sedih, cinta, dsb. Kesemua jenis perilaku itu merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
B.Pendekatan Psikologi
Dalam pengkajian terhadap perilaku, terdapat berbagai jenis pendekatan dalam memberikan penjelasan mengenai apa, mengapa dan bagaimana perilaku individu.
Pendekatan behaviorisme, lebih mengutamakan hal-hal yang nampak dari individu. Menurut pendekatan ini, perilaku itu adalah segala sesuatu yang dapat diamati oleh alat indra kita sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Disebut sebagai teori S-R (teori stimulus-response). Tokoh psikologi dalam pendekatan ini antara lain: Watson, Skinner, Pavlov, dan Thorndike.
Pendekatan psikoanalisa, lebih mengutamakan hal-hal yang berada di bawah kesadaran individu. Pendekatan ini menganggap bahwa perilaku individu dikontrol oleh bagian yang tidak sadar. Tokoh Psikoanalisa ialah Sigmund Freud, yang mengatakan bahwa kepribadian terdiri atas tiga unsur, yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Semua perilaku digerakkan oleh kekuatan libido.
Pendekatan kognitif, menjelaskan bahwa perilaku itu sebagai proses internal (di dalam). Pendekatan ini menganggap bahwa perilaku merupakan suatu proses input-output yaitu penerimaan dan pengolahan informasi, untuk kemudian menghasilkan keluaran.
Pendekatan humanistik, lebih menekankan pada martabat kemanusiaan pada individu yang berbeda dengan hewan dan makhluk lainnya. Menurut pendekatan ini, manusia sudah sejak awalnya mempunyai dorongan untuk mewujudkan dirinya sebagai manusia di lingkungannya.
Pendekatan Neurobiologi, yang mengaitkan perilaku individu dengan kejadian-kejadian di dalam otak dan sistem syaraf. Menurut pendekatan ini, perilaku seseorang amat tergantung pada kondisi otak dan sistem syarafnya. Apabila otak dan syaraf terganggu, maka perilaku akan terganggu pula.
C.Jenis-Jenis Psikologi
Sebagai ilmu pengetahuan, psikologi telah banyak dipergunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Kemudian timbul berbagai cabang-cabang psikologi yang mengkaji perilaku dalam situasi yang khusus, baik untuk tujuan teoritis maupun praktis. Ada psikologi umum (general psychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya, dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus.
Beberapa jenis psikologi khusus antara lain:
-Psikologi perkembangan, yang mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan sejak kehidupan dimulai (konsepsi) sampai akhir kehidupan (mati).
-Psikologi sosial, yang mengkaji perilaku individu dalam interaksi sosial.
-Psikologi abnormal, yang mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
-Psikologi komparatif, yang mengkaji perbandingan perilaku manusia dengan perilaku binatang.
-Psikologi diferensial, yang mengkaji perbedaan perilaku antar individu.
-Psikologi kepribadian, yang mengkaji perilaku individu secara khusus dari aspek kepribadiannya.
-Psikologi pendidikan, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan.
-Psikologi industri, yang mengkaji perilaku individu dalam kaitan dengan dunia industri.
-Psikologi klinis, yang mengkaji perilaku individu untuk keperluan klinis atau penyembuhan.
-Psikologi kriminal, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi kriminal.
-Psikologi militer, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi kemiliteran.
D.Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan, ialah cabang psikologi yang secara khusus mengkaji berbagai perilaku individu dalam kaitan dengan situasi pendidikan. Tujuan psikologi pendidikan ialah menemukan berbagai fakta, generalisasi, dan teori psikologis yang berkaitan dengan pendidikan untuk digunakan dalam upaya melaksanakan proses pendidikan yang efektif. Beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan itu, upaya menciptakan pendidikan yang efektif antara lain :
-Apa yang menjadi tujuan pendidikan? Bagaimana merumuskannya?
-Bagaimana memilih dan menetapkan isi pendidikan / pengajaran?
-Bagaimana memilih metode mendidik/mengajar secara tepat?
Beberapa konsep psikologi yang banyak memberikan kontribusi dalam pendidikan adalah antara lain : Prinsip-prinsip dan teori pembelanjaan, Perbedaan individu, Pertumbuhan dan perkembangan, Dinamika perilaku, Penyesuaian diri dan kesehatan mental, Proses dan kegiatan psikologis, Penilaian dan pengukuran pendidikan, Perilaku-perilaku social, Personaliti (kepribadian)
E.Peranan Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Dalam lingkup yang lebih khusus (terutama dalam ruang kelas) psikologi pendidikan banyak memusatkan pada psikologi pembelajaran dan pengajaran. Hal ini mengandung makna bahwa psikologi mempunyai peranan yang besar dalam proses pembe¬lajaran dan pengajaran.
Beberapa peranan tersebut antara lain dalam:
1.Memahami siswa sebagai pelajar (perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dsb)
2.Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran
3.Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran
4.Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
5.Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
6.Memilih dan menetapkan isi pengajaran
7.Membantu siswa-siswa yang mendapat kesulitan pembelajaran
8.Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran
9.Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
10.Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru
11.Membimbing perkembangan siswa.

II. Pembelajaran
A.Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut di atas ialah : Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, keterampilannya telah bertambah, ia lebih yakin terhadap dirinya, dsb.
b.Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan}. Peru¬bahan perilaku sebagai hasil pembelajaran akan berlangsung secara berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang telah terjadi, menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lain.
c.Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.
d.Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan perubahan dalam diri individu.
e.Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi melalui aktivitas indi¬vidu.
Kedua, hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan peri¬laku secara keseluruhan. Perubahan perilaku itu meliputi aspek-aspek perilaku kognitif, konatif, afektif atau motorik.
Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan.
Keempat, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu.
B.Pengertian Pembelajaran dan Pengertian Lain
Pembelajaran merupakan proses perubahan perilaku ini mempunyai keterkaitan dengan pengertian lain yang juga menggambarkan adanya peru-bahan lain.
1.Belajar dan pertumbuhan, perkembangan, kematangan
Dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan kematang¬an, akan terjadi perubahan perilaku. Proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif apabila ada persesuaian dengan proses pertumbuhan, perkembangan dan kema¬tangan.
2.Pembelajaran dan menghafal
Antara pembelajaran dan menghafal terdapat keterkaitan satu dengan lainnya. Menghafal hanya salah satu aspek saja dari perilaku kognitif, dan belum mencakup perilaku lainnya. Orang yang hafal tentang sesuatu belum tentu memahaminya, atau cakap melakukannya. Akan tetapi proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila disertai dengan aktivitas menghafal.
3.Pembelajaran dan latihan
Pembelajaran mempunyai keterkaitan dengan latihan meskipun tidak identik. Pembelajaran akan lebih berhasil apabila disertai dengan latihan-latihan yang teratur dan terarah.
4.Pembelajaran dan studi
Dalam aktivitas studi, perubahan perilaku yang terjadi adalah aspek pengetahuan (knowledge) dan pemahaman (under-standing). Jadi, aktivitas studi merupakan sebagian dari aktivitas pembelajaran secara keseluruhan.
5.Pembelajaran dan berfikir
Berfikir adalah merupakan suatu proses kognitif dalam tingkat yang lebih tinggi. Orang tidak mungkin berfikir tanpa belajar, dan tidak mungkin belajar tanpa berfikir.

III. PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN
A.Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran ialah proses individu mengubah perilaku dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Hal ini mengandung arti bahwa individu akan melakukan kegiatan belajar apabila ia menghadapi situasi kebutuhan. Secara keseluruhan, proses pembelajaran akan merupakan suatu rangkaian aktivitas sebagai berikut:
Pertama, individu merasakan adanya kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin dicapai.
Kedua, kesiapan (readiness) individu untuk memenuhi kebu¬tuhan dan mencapai tujuan.
Ketiga, pemahaman situasi. Yang dimaksud dengan pemahaman situasi yaitu segala sesuatu yang ada di lingkungan individu dan mempunyai hubungan dengan aktivitas individu dalam meme¬nuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya.
Keempat, menafsirkan situasi, yaitu bagaimana individu melihat kaitan berbagai aspek yang terdapat dalam situasi.
Kelima, tindak balas (respon). Dalam fase ini, individu mela¬kukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan sesuai dengan yang telah dirancangkannya dalam fase ketiga dan keempat.
Keenam, akibat (hasil) pembelajaran. Dalam fase ini individu akan memperoleh umpan balik dari apa yang telah dilakukannya.
B.Hasil Pembelajaran
Hasil proses pembela¬jaran ialah perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran ialah perilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, konatif, dan motorik. Lindgren (1968) menyebutkan bahwa isi pembelajaran terdiri atas: (1) kecakapan, (2) informasi, (3) pengertian, dan (4) sikap. Benyamin Bloom (1956) menyebutkan ada tiga kawasan perilaku sebagai hasil pembelajaran, yaitu: (1) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor. Sedangkan pakar lain yaitu R.M. Gagne (1957, 1977) mengemukakan bahwa hasil pembela¬jaran ialah berupa kecakapan manusiawi (human capabilities] yang meliputi: (I) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, yang terdiri dari: (a) diskriminasi, (b) konsep konkrit, (c) konsep abstrak, (d) aturan, dan (e) aturan yang lebih tinggi; (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.
C.Jenis-jenis Pembelajaran
Dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas pembelajaran yang dilakukan individu akan bermacam-macam jenisnya, tergantung kepada kebutuhannya, tujuannya, apa yang dipelajarinya, cara melakukan aktivitas pembelajaran, sifatnya peringkat perkembangannya, dsb.
Dari aspek pembelajaran yang akan dicapai, kita dapat membedakan jenis-jenis sebagai berikut: (1) pembelajaran keterampilan, (2) pembelajaran sikap, (3) pembelajaran pengetahuan, dsb. Gagne membagi delapan jenis pembelajaran mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks, yaitu:
1.Signal Learning atau pembelajaran melalui isyarat.
2.Stimulus response learning atau pembelajaran rangsangan tindak balas.
3.Chaining leamingatau pembelajaran melalui perantaian.
4.Verbal association learning atau pembelajaran melalui perkaitan verbal.
5.Discrimination learning atau pembelajaran dengan membeda-bedakan.
6.Concept learning atau. pembelajaran konsep.
7.Rule learning atau pembelajaran menurut hukum (aturan).
8.Problem solving learning atau pembelajaran melalui penye-lesaian masalah.
Dari sifatnya, dibedakan antara pembelajaran formal, pembe¬lajaran informal, dan pembelajaran non-formal.
Dari caranya, individu memperoleh rangsangan, ada jenis (1} visual yaitu individu yang lebih efektif pembelajarannya apabila menerima rangsangan melalui alat indera penglihatan, (2) auditif, yaitu individu yang lebih efektif pembelajarannya apabila menerima rangsangan melalui alat indera pendengaran, (3) kinestetik, yaitu individu yang lebih efektif proses pembelajarannya melalui perg-erakan, dan (4) taktik, yaitu individu yang lebih efektif pembelajar¬annya melalui penciuman atau perabaan.

IV. TEORI-TEORI PEMBELAJARAN (I)
A.Peranan Teori Dalam Pembelajaran dan Pengajaran
Mempelajari teori pembelajaran mempunyai beberapa kepen-tingan, baik aspek individu maupun masyarakat. Dari segi individu, pembelajaran merupakan salah satu upaya individu untuk meme¬nuhi kebutuhan hidup, sehingga memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dan efektif. Dari segi masyarakat, pembelajaran merupa¬kan kunci dalam pemindahan kebudayaan dari satu generasi ke generasi baru. Dengan pembelajaran, dimungkinkan adanya pene-muan baru dan pengembangan dari hasil generasi lama.
Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Karakteristik suatu teori ialah : (a) memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian, dan (b) memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji.
Fungsi teori pembelajaran dalam pendidikan adalah:
1.Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pengajaran.
2.Menilai hasil-hasil yang telah dicapai untuk digunakan dalam ruangkelas.
3.Mendiagnosis masalah-masalah dalam ruang kelas.
4.Menilai hasil penelitian yang dilaksanakan berdasarkan teori -teori tertentu.
B.Teori Pembelajaran Behaviorisme
Behaviorisme berpendapat bahwa perilaku terbentuk melalui perkaitan antara rangsangan (stimulus) dengan tindak balas (respons). Teori behaviorisme dibedakan antara teori pelaziman klasik (clasical conditioning), dan teori pelaziman operan (operant conditioning).
1.Teori Pelaziman Klasik.
Teori pelaziman klasik dipelopori oleh IP Pavlov, seorang ahli fisiologi dari Rusia. Pavlov mengemukakan beberapa konsep atau prinsip pembelajaran, yaitu:
a.Excitation (pergetaran
Konsep ini menyatakan bahwa suatu rangsangan tak terlazim atau alami dapat membangkitkan reaksi sel-sel tertentu, sehingga dapat menghasilkan tindak balas.
b.Irradiation (penularan)
Yaitu terjadinya reaksi dari sel-sel lain yang berada di sekitar kawasan sel-sel yang berkenaan dengan rangsangan tak terlazim.
c.Stimulus generalization (generalisasi rangsangan)
Yaitu keadaan di mana organisma (individu) memberikan tindak balas yang sama terhadap rangsangan tertentu yang memiliki kesamaan walaupun tidak serupa.
2.Teori Pelaziman Operan : Thorndike
Sebagai pelanjut dari kajian Pavlov ialah Edward Thorndike. Seperti halnya kajian Pavlov, Thorndike melakukan kajian yang menuntut reaksi perilaku dari subjek percobaannya. Perbedaanya ialah bawa perilaku yang dikaji oleh Thorndike tidak pada reflex tetapi pada perilaku.
Thorndike menambahkan lima macam hukum pembelajaran lagi yang disebutnya sebagai hukum-hukum minor. Kelima hukum ter¬sebut ialah:
Pertama, hukum gerak tindak aneka (multiple response), yaitu hukum yang menyatakan bahwa dalam satu rangsangan dapat menghasilkan beraneka tindak balas.
Kedua, hukum sikap atau keadaan awal (attitudes dispositions or state), yaitu yang menyatakan bahwa kondisi individu pada awal pembelajaran akan mempengaruhi proses pembelajaran.
Ketiga, hukum kemampuan memilih hal-hal penting (partial or piecemeal activity of a situation), yaitu kemampuan seorang pelajar memilih hal-hal yang dianggap penting dari suatu keadaan dan ber-tindak sesuai dengan apa yang dipandang penting.
Keempat, hukum tindak balas melalui analog! (assimilation of response by analogy), yaitu kemampuan individu untuk melakukan tindak balas dalam situasi yang baru dengan menggunakan tindak balas yang telah dimilikinya, dengan penyesuaian seperlunya.
Kelima, hukum perpindahan berkait (associative shifting), yaitu menggantikan atau melanjutkan suatu rangsangan, sehingga tin¬dak balas bersesuaian dengan rangsangan baru.
3.Teori Pelaziman Operan: Skinner
Skinner melanjutkan teori pelaziman operan. Asumsi dasar teori Skinner ialah bahwa perubahan perilaku itu adalah fungsi daripada kondisi dan peristiwa lingkungan. Dalam teori Skinner ini, prinsip peneguhan (reinforcement) memegang peranan yang penting dalam mewujudkan tindak balas baru. Ada dua macam peneguhan, yaitu peneguhan positif dan peneguhan negatif. Teori Skinner ini banyak diterapkan dalam bidang pendidikan formal terutama dalam metode dan teknologi pengajaran. Dalam mengembangkan suasana kelas yang positif, teori Skinner menyaran-kan peringkat-peringkat sebagai berikut: (1) menganalisis keadaan , lingkungan kelas, (2) mengembangkan hal-hal yang dapat menjadi peneguhan positif, (3) memilih perilaku-perilaku pembelajaran yang akan diterapkan dalam kelas, (4) menerapkan perilaku pembelajar¬an, dengan memberikan pengendalian untuk mencatat dan menye-suaikan kalau diperlukan.

V. TEORI-TEORI PEMBELAJARAN (2)
A.Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)
Perkembangan kognitif bertujuan : (1) memisahkan kenyataan yang sebenarnya dengan fantasi, (2) menjelajah kenyataan dan menemukan hukum-hukumnya, (3), memilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi kehidupan, (4) menentukan kenyataan yang sesungguhnya di balik sesuatu yang nampak.
Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi yang konstan antara individu dengan lingkungan melalui dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi ialah proses penataan segala Sesuatu yang adadi lingkungan, sehingga menjadi dikenaloleh individu. Adaptasi ialah proses terjadinya penyesuaian antara individu dengan lingkungan. Adaptasi terjadi dalam dua bentuk yaitu asimilasi dan akomodasi.
Perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga dewasa, yang berlangsung melalui empat peringkat, yaitu:
Peringkat sensori motor
Peringkat pre - operational
Peringkat concrete operational
Peringkat formal operational : 0- 1,5 tahun
: 1,5-6 tahun
: 6- 12 tahun
: 12 tahun ke atas
Peringkat sensori-motor (0 - 1,5 tahun), aktivitas kognitif berpusat pada aspek alat indera (sensori) dan gerak (motor).
Peringkat pre-operational (1,5-6 tahun), anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalani menghadapi berbagai hal di luar dirinya. Cara berfikir anak pada peringkat ini ditandai dengan ciri-ciri: (a) tranductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif dan deduktif tetapi tidak logis, (b) ketidakjelasan hubungan sebab akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebab akibat secara tidak logis, (c) animism, yaitu menganggap bahwa se-mua benda itu hidup seperti dirinya, (d) artificialism, yaitu ke-percayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia, (e) perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu beradasarkan apa yang ia lihat atau dengar, (f) mental experiment, yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawab-an dari persoalan yang dihadapinya, (g) centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya, (h) egocentrism, artinya anak melihat dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya sendiri.
Peringkat concrete operational (6-12 tahun), anak telah dapat membuat pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis.
Peringkat formal operational, (12 tahun ke atas), perkembangan kognitif ditandai dengan kemampuan individu untuk berfikir secara hipotesis dan berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak, dan mempertimbangkan kemungkinan cakupan yang luas dari perkara yang sempit. Perkembangan kognitif pada pering¬kat ini merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa menuju ke arah proses berfikir dalam peringkat yang lebih tinggi. Peringkat berfikir ini sangat diperlukan dalam pemecahan masalah.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam peng-ajaran, antara lain:
a.Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa.
b.Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
c.Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d.Beri peluang agar anak belajar sesuai dengan peringkat perkembangnnya.
e.Di dalam kelas, anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi.
B.Teori Pembelajaran Sosial-kognitif (Albert Bandura)
Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Bandura disebut teori pembelajaran sosial-kognitif dan disebut pula sebagai teori pembelajaran melalui peniruan. Berdasaran pada tiga asumsi, yaitu: pertama, bahwa individu melakukan pembela¬jaran dengan meniru apa yang ada di lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain. Asumsi yang kedua, ialah terdapat hubungkait yang erat antara pelajar dengan lingkungannya. Asumsi yang ketiga, ialah bahwa hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Atas dasar asumsi tersebut, maka teori pembelajaran Bandura disebut sosial-kognitif karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial.
Proses pembelajaran menurut teori Bandura, terjadi dalam tiga komponen (unsur) yaitu: (1) perilaku model (contoh), (2) pengaruh perilaku model, dan (3) proses internal pelajar. Perilaku model ialah berbagai perilaku yang dikenal di lingkungan-nya. Apabila bersesuaian dengan keadaan dirinya (minat, penga-laman, cita-cita, tujuan, dsb.) maka perilaku itu akan ditiru. Fungsi perilaku model ialah (1) untuk memindahkan informasi ke dalam diri individu, (2) untuk mernperkuat atau memperlemah perilaku yang telah ada, (3) untuk memindahkan pola-pola perilaku yang baru.

pendidikan islam menurut ibnu khaldun

A. Latar Belakang Masalah
Kekayaan literatur ilmu pengetahuan mulai berkembang dalam Islam pada masa bani Abbasiyah. Dimana ketika itu lahirlah tokoh-tokoh Islam yang melahirkan banyak disiplin ilmu baru bagi peradaban dunia. Dapat diambil contoh: Ibnu Shina yang menjadi penemu disiplin ilmu kimia dan kedokteran, Al-Jabbar sebagai penemu Matematika; lalu Ibnu Khaldun yang menggagas ilmu Ekonomi,Sosiologi dan metode pendidikan dalam Islam.
Apabila ditelaah lebih lanjut sebenarnya kodifikasi ilmu yang dilakukan oleh orang barat merupakan jiplakan dari literatur ilmu Islam. Oleh orang barat Ibnu Shina disebut dengan nama yang berbau "kebarat-baratan", yaitu Averous. Dan masih banyak contoh lainnya.
Yang lebih parahnya lagi ketika sebuah institusi yang notabenenya bernafaskan dan bernuansa Islam seperti PTAI/ STAI/ UI dan sebagainya mengambil dan merujuk referensi literatur ilmu dari barat. Para mahasiswa akan merasa lebih gagah apabila mengadopsi pendapat/ pemikiran dari tokoh barat seperti Adam Smith ketimbang tokoh Islam seperti Ibnu Khaldun ketika membahas dan mendiskusikan disiplin ilmu ekonomi.
Seharusnya kita sebagai umat Islam malu; kenapa kita yang dahulunya bisa mengangkangi orang barat sekarang malah merujuk dan membuntut pada mereka baik dalam khasanah keilmuan maupun budaya dan peradaban.
Dalam hal ini kami akan membahas sedikit tentang Ibnu Khaldun; tokoh Islam yang memberikan sumbangsih dalam pendidikan Islam. Yang nantinya akan lebih mengarah pada biografi dan metode pembelajaran beliau.
B. Biografi Ibnu Khaldun
Abdul Rahman Abu Zaid Waliyu ad-Din Ibn Khaldun, itulah nama asli dari Ibnu Khaldun. Dia adalah cendikiawan dan ilmuwan Muslim yang fenomenal sebelum Auguste Comte hingga sekarang.
Nama Abu Zaid di ambil dari nama ayahnya, karena kebiasaan bangsa Arab jika tidak mengetahui nama asli yang sebenarnya maka akan memanggil dengan nama ayahnya. Sedangkan Waliyu ad-Din adalah sebuah gelar setelah beliau menjabat sebagai hakim di Mesir. Dan nama Ibnu Khaldun diambil dari nama kakeknya yaitu Khalid bin 'Utsman.
Ibnu Khaldun dilahirkan di bagian utara benua Afrika yaitu Tunisia, di saat shubuh tanggal 1 Ramadhan 237 H bertepatan dengan tanggal 27 Mei 1332 M. Beliau dilahirkan Di salah satu rumah pada lorong kecil di kawasan pasar lama, ibu kota Tunis, Di situlah keluarganya menetap setelah pindah dari Spanyol. Keluarga Ibnu Khaldun berasal dari Yaman, yang kemudian pindah ke Andalusia (Spanyol). Ketika keluarga Ibnu Khaldun mulai merasa akan semakin dekat jatuhnya kerajaan Andalusia ke tangan Spanyol pada tahun 1248, mereka keluar menuju Melilia-Maroko, lalu pergi ke Tunisia pada masa kekuasaan Abi Zakariya Hafsid pada tahun 1228-1249.
Semenjak kecil beliau telah hafal al-Qur'an. Selama masa kecilnya itu beliau secara langsung dididik oleh ayahnya sendiri. Pada waktu remaja Ibnu Khaldun belajar di masjid Zaitunnah yang terletak disamping rumahnya. Masjid ini sebagai pusat keruhanian dan keilmuan di Tunis sebelum adanya Universitas al-Azhar di Kairo yang didirikan pada dinasti Fatimiyyah. Di masjid inilah Ibnu Khaldun mendapatkan keilmuan yang sangat banyak diantaranya mempelajari qiro'ah seperti qiro'ah Sab'ah dan qiro'ah ya'qub, mempelajari ilmu hukum Islam dari tafsir Qur'an, Hadits, dan Fiqih madzhab Maliki, dan sebagainya.
Ibnu Khaldun mempunyai keahlian menulis huruf Arab dengan baik, tulisannya sangat terkenal sekali di kalangan para pejabat negara. Oleh karena itu Ibnu Khaldun sering diperintah oleh pemerintah untuk menulis surat yang akan dikirim ke pemerintahan yang lainnya. Dari sinilah Ibnu Khaldun mulai memasuki dunia politik. Pengalamannya berkhidmat kepada pemerintah dimulai dari Afrika Utara hingga Andalusia. sehingga Ibnu Khaldun banyak sekali orang yang suka dan tak lepas pula orang yang benci kepadanya. Akibat dari kebencian itu, pada akhirnya beliau difitnah dan dimasukan kedalam penjara.
Setelah keluar dari penjara, Ibnu Khaldun mulai berkonsentrasi pada bidang penulisan dan penelitian. Beliau juga melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-'Ibar (tujuh jilid) yang telah beliau revisi dan ditambah bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab "al-'Ibar wa Diwanul Mubtada' awil Khabar fi Ayyamil 'Arab wal 'Ajam wal Barbar wa Man 'Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar".
Pada umurnya yang ke 36 tahun Ibnu Khaldun mulai menulis fenomena masyarakat yang ditulis dalam karya agungnya "Muqoddimah Ibnu Khaldun". Pemikiran Ibnu Khaldun sangat relevan pada saat sekarang ini. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan gejala-gejala sosial dengan metode-metodenya yang masuk akal, yang dapat kita lihat bahwa beliau menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan al-Qur'an yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman.. Oleh kerena itu pendidikan al-Qur'an dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman beliau.
Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, ia wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.
C. Metode Pembelajaran Ibnu Khaldun
Menurut beliau, pengajaran al-Qur'an patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain. Karena didalam al-Qur'an mencakup segala bentuk ilmu pengetahuan; dan karena al-Qur'an merupakan pedoman yang harus menjadi pegangan hidup. Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam pembelajaran, disamping juga harus belajar ilmu-ilmu lainnya.
Ibnu Khaldun memberi perhatian yang cukup besar terhadap ahlak dalam pembelajaran. Ibnu Khaldun menganjurkan kepada para guru/ pendidik dalam memberikan pembelajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.Menganjurkan kepada para pendidik agar mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan metode yang baik dan memberitahukan kepada mereka akan manfaatnya.
2.Tidak mengajar dengan sikap yang kasar dan kata-kata kotor/ kata-kata tidak pantas.
3.Pendidik hendaknya bersikap sopan dan bijak terhadap muridnya.
Ibnu Khaldun menyatakan pendidik hendaknya memiliki sifat-sifat yang baik, seperti sifat lemah lembut, menjadi uswatun hasanah, memperhatikan keragaman anak didiknya, mengisi waktu luang dengan perbuatan yang bermanfaat, selalu meningkatkan profesionalitas dan wawasan yang luas.
Dalam pembelajaran, guru hendaknya tidak memberikan materi yang sulit terlebih dahulu dari ilmu yang dipelajari peserta didik. Apapun dalih dan alasannya hal tersebut tidak memberi manfaat bagi siswa. Menurut Ibnu Khaldun memberi pelajaran awal dengan sesuatu yang sulit akan menjadikan siswa bingung.
Anak didik tidak akan mampu menerima hal-hal yang sulit selama belum ada latihan dan dasar ilmu yang mendukung. Tetapi apabila anak didik sudah dilatih dan diberi konsep ilmu tersebut secara terus menerus dan terlatih maka pelajaran yang sulit bukan merupakan hambatan bagi peserta didik; di sisi lain, siswa tidak akan bosan.
Demikian juga dalam mengajarkan ilmu kepada siswa hendaknya dilakukan dengan berangsur-angsur. Ibu Khaldun mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang diberikan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah.
Dengan adanya metode bertahap, maka akan memberi kesempatan kepada otak anak didik untuk berfikir dan menyimpan informasi yang mereka peroleh dari pendidiknya; di sisi lain, dalam otak siswa akan terjalin semacam endapan memori pengetahuan yang tersusun secara teratur. Pada akhirnya akan membentuk suatu pengetahuan yang utuh. Keutuhan pengetahuan tersebut di dapatkan siswa dari pembelajaran yang bertahap dan berangsur-angsur yang diterimanya. Ilmu pengetahuan yang berangsur-angsur tersebut membentuk sebuah kerangka bangunan yang utuh, yang pada akhirnya menjadi bangunan ilmu yang lengkap.
Menurut Ibnu Khaldun dalam pembelajaran ada hal penting yang perlu menjadi perhatian guru yaitu:
1.Guru hendaknya mengajarkan hal-hal pokok pada setiap cabang pembahasan yang dipelajarinya.
2.Keterangan-keterangan yang diberikan hendaknya bersifat umum dan menyeluruh.
3. Guru hendaknya memperhatikan kemampuan akal siswa.
4.Guru hendaknya memperhatikan kesiapan siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan.
5.Apabila siswa sudah memahami pelajaran pokok dan cabang-cabangnya, guru hendaknya melanjutkan pengajaran kepada tingkat yang lebih tinggi.
6.Guru hendaknya tidak merasa puas dengan pembahasan yang bersifat umum.
7.Setelah cara pembahasan bersifat umum dianggap sukses guru hendaknya memperluas pembahasan lebih dalam dan membahas segi-segi yang menjadi pertentangan dan pandangan-pandangan yang berbeda terhadap persoalan-persoalan yang dibahas hingga tuntas dan menyeluruh, sehingga keahlian siswa dapat tercapai sempurna.
Pengetahuan dan pemahaman terhadap psikologi perkembangan anak dan psikologi pembelajaran menjadi sebuah kewajiban dan keharusan bagi para pendidik. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa guru tidak dapat mendidik, mengajar, serta menerapkan metode yang tepat tanpa bantuan pengetahuan pendukung yaitu psikologi pengajaran dan psikologi perkembangan anak.
Menurut Ibnu Khaldun mendidik anak dengan kekerasan akan membahayakan anak didik, hal-hal yang membahayakan tersebut adalah sebagai berikut:
1.Kekerasan akan disimpan/ diambil oleh siswa menjadi sebuah kepribadiannya.
2.Mencegah perkembangan anak didik.
3.Kekerasan akan menimbulkan kemalasan, kecurangan, penipuan dan kelicikan.
4.Siswa menjadi penakut.
5.Kepribadian siswa menjadi terpecah/ tidak satunya kata dan perbuatan.
6.Mengajar dengan kekerasan akan menjadsi rujukan kepribadian anak. Anak akan mengambil sikap keras tersebut sebagai bagian dari kepribadiannya yang permanen.
7.Pembelajaran dengan kekerasan akan merusak sifat kemanusiaan dan sikap perwira.
8.Siswa yang terbiasa dididik dengan kekerasan akan malas membentuk dirinya dengan sifat keutamaan dan keluhuran moral.
9.Siswa akan cenderung rendah diri atau tidak pecaya diri.
10.Siswa cenderung berakhlak buruk.
Maka, kekerasan dalam dunia pendidikan berakibat fatal bagi peserta didik. Tidak dapat dipungkiri peserta didik adalah manusia merdeka, manusia membutuhkan kasih sayang, peserta didik adalah manusia dan ingin dianggap dan diperlakukan selayaknya manusia. Pembelajaran dengan kekerasan hanya akan meninggalkan jiwa-jiwa yang terjajah, jiwa-jiwa yang memendam dendam dan bara perlawanan. Mungkin suatu saat nanti jiwa-jiwa yang terjajah tersebut juga kan menjajah orang lain yang dianggapnya lemah dan berada di bawah kekuasaannya.
Pembelajaran dengan kekerasan hendaknya dihapuskan dalam dunia pendidikan. Penghapusan kekerasan dalam pendidikan hendaknya menjadi bagian dari keinginan untuk memajukan pendidikan, peningkatkan akhlak dan moral anak didik.
D. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
Ibnu Khaldun dilahirkan di bagian utara benua Afrika yaitu Tunisia, di saat shubuh tanggal 1 Ramadhan 237 H bertepatan dengan tanggal 27 Mei 1332 M. ia wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.
Menurut beliau, pengajaran al-Qur'an patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain. Karena didalam al-Qur'an mencakup segala bentuk ilmu pengetahuan; dan karena al-Qur'an merupakan pedoman yang harus menjadi pegangan hidup. Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam pembelajaran, disamping juga harus belajar ilmu-ilmu lainnya.
Ibnu Khaldun memberi perhatian yang cukup besar terhadap ahlak dalam pembelajaran. Ibu Khaldun juga mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang diberikan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah.
Menurut Ibnu Khaldun mendidik anak dengan kekerasan akan membahayakan anak didik. Maka, kekerasan dalam dunia pendidikan akan berakibat fatal bagi peserta didik. Pembelajaran dengan kekerasan hanya akan meninggalkan jiwa-jiwa yang terjajah, jiwa-jiwa yang memendam dendam dan bara perlawanan. Mungkin suatu saat nanti jiwa-jiwa yang terjajah tersebut juga kan menjajah orang lain yang dianggapnya lemah dan berada di bawah kekuasaannya.
Pembelajaran dengan kekerasan hendaknya dihapuskan dalam dunia pendidikan. Penghapusan kekerasan dalam pendidikan hendaknya menjadi bagian dari keinginan untuk memajukan pendidikan, peningkatkan akhlak dan moral anak didik.
E. Saran
Kiranya perlu sekali, kita sebagai calon pendidik, mampu meniru dan mempraktekkan metode yang digunakan Ibnu Khaldun; demi terciptanya masyarakat Indonesia yang cerdas dan berakhlak mulia.

DAFTAR PUSTAKA
Ihsan, Hamdani & Ihsan, Fuad. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Cet II. Bandung: Pustaka Setia.
Langgulung, Hasan. 1979. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
H.M., Ariin. 1977. Psikologi Dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia. Jakarta: Bulan Bintang.
Muchsin, Misri A. 2002. Filsafat Sejarah Dalam Islam. Cet I. Djojakarta: Ar-Ruzz Perss.
Http://Islamintelek.Blogspot.Com/Agustianto/Metode Mengajar Menurut Ibn Khaldun/ Januari 2007.
Http://Swaramuslim/For Izzatul Islam Wal Mukmin Wal Mukminat/20 Desember 2007.
Http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=307721&kat_id=164/Ibnu Khaldun/Oktober 2007.

konsep pendidikan ikhwanul muslimin

A. Latar Belakang Masalah
Setelah jatuhnya kerajaan Khilafah Utsmaniyyah Turki pada tahun 1924, umat Islam seolah-olah seperti anak yang kehilangan bapak. Gerakan-gerakan nasionalis yang didalangi oleh penjajah barat mendapat tempat dan kuasa di dalam pemerintahan negara terutamanya Turki, Mesir dan negara-negara Arab yang lain.
Saat inilah sebagian umat Islam yang masih setia pada corak pemerintahan Islam muncul di Mesir. Mereka menumbuhkan sebuah persatuan yang dinamakan ‘Ikhwatul Muslimin’ (Persaudaraan Islam) guna memperjuangkan ideologi Islam dan membawa umat seluruhnya kembali ke pangkalan jalan yang lurus.
Ikhwatul Muslimin yang mempunyai pengaruh besar atas kebangkitan Islam ini diasaskan oleh Hasan Al-Banna. Lalu bagaimanakah konsep pendidikan Ikhwanul Muslimin dalam memberdayakan umat dan memperjuangkan ideologi Islam.

B. Sejarah Singkat Timbulnya Ikhwanul Muslimin
Sejarah mencatat bahwa dunia Islam pada saat itu, khususnya Mesir terlampau banyak dikendalikan oleh Barat; baik dalam segi moral maupun politik. Keadaan tersebut diawali ketika bulan November 1914 Inggris mengumumkan perang melawan kesultanan Utsmani Turki. Dan kemudian pada bulan berikutnya Inggris memplokamirkan Mesir sebagai wilayah Protektoratnya.
Penjajah Barat ketika mendapat tempat dan kuasa di dalam pemerintahan negara terutamanya Turki, Mesir dan negara-negara Arab yang lain; ingin merubah corak dan ideologi masyarakat sesuai dengan keinginan mereka.
Saat inilah sebagian umat Islam yang masih setia pada corak pemerintahan Islam muncul di Mesir. Mereka menumbuhkan sebuah persatuan yang dinamakan ‘Ikhwatul Muslimin’ (Persaudaraan Islam) guna memperjuangkan ideologi Islam dan membawa umat seluruhnya kembali ke pangkalan jalan yang lurus.
Selain faktor diatas, faktor lain yang menyebabkan berdirinya Ikhwanul Muslimin adalah masalah kekacauan dalam pendidikan. Berbagai sumber mencatat, bahwa dalam sistem pendidikan di Mesir terdapat dualisme. Disatu pihak sekolah-sekolah pemerintah hanya mementingkan pengetahuan umum dan mengabaikan pengetahuan agama; sedangkan dipihak lain sekolah agama melupakan pengetahuan umum.
Selain itu situasi politik yang terjadi di Mesir pada saat itu juga mempengaruhi kelahiran organisasi ini. Sumber-sumber terpercaya menyebutkan bahwa dibidang politik luar negeri, dalam dunia Islam terpecah dalam kelompok negara-negara kecil. Dan dalam keadaan itu pula kaum Imperialis merampas negara-negara Arab untuk diekploitasi sumber kekayaan alamnya.
Beberapa faktor tersebutlah yang oleh para peneliti dan sejarawan dinilai sebagai yang melatar belakangi bangkitnya Hasan Al-Banna untuk membentuk suatu organisasi, yaitu pada saat ia menyelesaikan studinya di Darul Ulum. Organisasi tersebut tepatnya didirikan di Islamiyah, sebuah kota yang terletak disebelah timur laut Kairo, Mesir pada tahun 1928. oleh karena itu Ikhwanul Muslimin lebih dikenal sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh Hasan Al-Banna yang dilahirkan di Mesir pada tahun 1906 di Al-Mahmudiyah Mesir.

C. Gerakan-Gerakan Ikhwanul Muslimin Di Mesir
Sebagai sebuah organisasi sosial dan kemasyarakatan, kehadiran Ikhwanul Muslimin tidak dapat dilepaskan dari perkembangan masyarakat di Mesir pada masa itu. Sebagaimana gerakan pembaharuan Islam pada umumnya, Ikhwanul Muslimin muncul sebagai reaksi terhadap sosio-kultur di Kairo. Masyarakat kairo pada saat itu terlihat kurang peduli lagi terhadap nilai-nilai Islam. Dari hari kehari para Ulama' di Mesir tidak mampu lagi menghentikan tingkah laku kaum modernis kecuali hanya melemparkan sumpah serapah terhadap berbagai masalah bid'ah.
Akibat dari imperialisme dan intervensi Barat di Mesir, umat Islam semakin terbuai oleh budaya lokal yang jumud serta lemah dalam mengamalkan nilai-nilai keIslaman. Akibatnya, kehidupan keagamaan menjadi cenderung formalis dan penuh kemunafikan. Sementara praktek mistik membawa masyarakat pada kehidupan tahayul dan memadamkan sifat irasional Islam yang dikenal kreatif.
Sebagaimana diketahui bahwa tema-tema sentral yang menjadi kerangka pemikiran Ikhwanul Muslimin untuk melakukan gerakannya adalah berkaitan dengan masalah moral masyarakat, ekonomi, fungsionalisasi agama yang dinilainya sudah kurang mampu membendung pengaruh sekuler. Selain itu dasar yang paling penting yang dijadikan doktrin Ikhwanul Muslimin dalam melancarkan pembaharuannya sebagaimana dikemukakan Ali Gharishah ada lima: yaitu Allah tujuan kami, Rasulullah tauladan kami, Al-Qur'an undang-undang dasar hidup kami, Jihad adalah jalan perjuangan kami, dan Syahid dijalan Allah adalah cita-cita luhur kami.
Pandangan Ikhwanul Muslimin yang menarik adalah tentang konsep pemerintahan Supra-Nasional, yakni pemerintahan yang meliputi seluruh dunia Islam dengan sentralisasi kekuatan pada pemerintahan pusat yang dikelola atas dasar prinsip persamaan penuh antara semua umat Islam. Negara yang dikehendaki oleh Ikhwanul Muslimin bukanlah Negara Islam kecil dalam sebuah Negara Islam yang besar. Tetapi yang mereka inginkan adalah suatu Negara Islam internasional yang mencakup seluruh Negara Islam sedunia yang dapat melaksanakan risalah Islam secara universal dan mampu menghadapi kekuatan musuh Islam yang memiliki beraneka ragam sarana dan persenjataan modern.
Selanjutnya menurut tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin bahwa kekayaan seseorang diakui haknya, akan tetapi pemiliknya mempunyai fungsi sosial. Dalam artian ia hanya wakil dari masyarakat untuk memegang amanah Allah. Negara yang menjalankan pemerintahan sebagai wakil rakyat mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan menyelidiki kekayaan seseorang, mengontrol pemakaiannya dan memotong sebagian yang menjadi hak orang miskin.
Ikhwanul Muslimin berusaha melaksanakan seluruh ajaran sosial dan ekonomi yang berdasarkan Al-Qur'an seperti perpajakan yang diambil dari hukum zakat dan pelarangan membungakan uang.
Implementasi dari gagasan-gagasan tersebut dapat dilihat dari beberapa kegiatan Ikhwanul Muslimin yang turut serta dalam program kepedulian sosial dan upaya pengentasan kemiskinan melalui pendistribusian zakat, infak dan sedekah secara sengaja. Mereka berlomba-lomba mengumpulkan harta untuk fakir miskin, bahkan mereka memiliki badan khusus yang terdaftar dalam kementrian Sosial Mesir, yaitu Lembaga Kebajikan dan Pelayan Sosial.

D. Konsep Pendidikan Ikhwanul Muslimin
Konsep pendidikan Ikhwan Muslimin ditujukan bagi pemecahan berbagai masalah yang dihadapi. Dengan kata lain, Ikhwan Muslimin melihat pendidikan sebagai alat untuk membantu masyarakat dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan sebagaimana telah disebutkan diatas. Atas dasar konsep tersebut, Ikhwan Muslimin memajukan berbagai masalah pendidikan sebagai berikut:
1.Sistem Pendidikan
Salah satu pemikiran pendidikan Ikhwan Muslimin dibidang pendidikan berkaitan dengan upaya mengintegrasikan sistem pendidikan yang dikotomis antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Melalui upaya ini Ikhwan Muslimin bermaksud memberikan nilai agama pada pengetahuan umum, dan memberi makna progresiff terhadap pengetahuan dan amaliah agama, sehingga sikap keagamaan tersebut tampil lebih aktual. Dalam hubungan ini Ikhwan Muslimin berusaha memperbaharui makna iman yang telah lapuk oleh peradaban modern, yaitu dengan cara kembali pada sumber-sumber ajaran yang orisinil. Upaya-upaya tersebut dapat terlihat dari bingkai pendidikan Ikhwan Muslimin yang berorientasi ketuhanan, universal, terpadu, seimbang dan bermuatan keterampilan yang positif dan konstruktif.
Orientasi ketuhanan dalam pendidikan amat penting, karena aspek ketuhanan atau keilmuan merupakan hal yang terpenting dalam pendidikan Islam. Aspek ketuhanan ini sangat mendasar pengaruhnya, terutama jika dihubungkan dengan tujuan pertama pendidikan Islam, yaitu mewujudkan manusia-manusia yang memiliki keimanan yang kokoh. Yaitu iman yang tidak hanya terbatas pada pengertian dan perkataan, tetapi juga harus di implementasikan dengan praktik-praktik ibadah dan ritualitas agama yang menumbuhkan sikap positif untuk kehidupan pribadi dan masyarakat. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan universal dan terpadu adalah bahwa pendidikan Islam tidak hanya mementingkan satu segi tertentu saja, dan tidak pula mengharuskan adanya spesialisasi yang sempit melainkan mencakup semua aspek secara terpadu dan seimbang. Pendidikan Islam tidak hanya mementingkan rohani dan moral seperti yang terdapat pada paham kaum sufi dan tidak pula hanya menekankan pendidikan rasio seperti yang didambakan kaum filosof. Dan tidak juga hanya mementingkan latihan keterampilan dan disiplin sebagaimana pendidikan dalam kemiliteran, tetapi pendidikan Islam itu mementingkan semua dimensi secara seimbang.
Ciri universalisme dan terpadu dalam pendidikan Islam tersebut sesungguhnya merupakan refleksi dari watak ajaran Islam yang universal dan terpadu. Islam sebagaimana diketahui adalah suatu agama yang sempurna dan lengkap, yang mencakup tidak hanya tuntutan moral dan peribadatan, tetapi juga petunjuk-petunjuk mengenai cara mengatur segala aspek kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan politik, ekonomi dan sosial.
Selain itu pendidikan Islam juga harus mementingkan aspek rohani. Dalam hubungan ini Muhammad Quthb mengatakan bahwa ruh adalah suatu kekuatan yang tidak terlihat dan tidak diketahui materi dan cara kerjanya. Ia adalah alat untuk mengadakan kontak dengan Allah sesuai dengan fitrahnya, yaitu alat yang membawa manusia kepada tuhan. Untuk mencapai tujuan penyatuan rohaniah dengan tuhan, manusia dianjurkan agar menciptakan hubungan yang terus menerus antara ruh dengan Allah pada saat dan kegiatan bagaimanapun, baik pada saat berfikir, merasa maupun berbuat.
Selain membina aspek rohani, pendidikan Islam juga harus membina intelektualitas atau cara berfikir yang benar. Hal ini dinilai penting oleh Ikhwanul Muslimin, mengingat eksistensi manusia terdiri dari unsur rohani, akal dan jasmani. Ketiga unsur tersebut harus terpadu dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Khusus mengenai akal, Ikhwanul Muslimin menilai bahwa akal merupakan potensi atau kekuatan besar yang diberikan Allah kepada manusia. Islam sangat menghargai akal dan menempatkannya sebagai salah satu dasar dari adanya pembebanan hukum, dan sebagai tolak ukur yang membedakan antara baik dan buruk. Dalam kaitan ini Ikhwanul Muslimin menilai bahwa berfikir dengan menggunakan akal merupakan kegiatan mental yang bernilai ibadah. Sedangkan mencari bukti-bukti atas sesuatu merupakan keharusan dan belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslimin. Dengan demikian, tidaklah aneh jika pendidikan Islam sama sekali tidak dipisahkan dari pendidikan keimanan atau pendidikan jiwa. Hal ini dapat dimengerti, karena sikap seseorang merupakan cermin dari pemikiran dan pandangannya terhadap dunia, kehidupan dan manusia itu sendiri.
Sejalan dengan pemikiran diatas, Ikhwanul Muslimin juga mementingan pendidikan jasmani. Wujud nyata dari pendidikan jasmani ini menurut Yusuf Al-Qardawi adalah mengambil benutk pemeliharaan kebersihan, kesehatan secara peventif dan pengobatan. Untuk itu, kepada setiap anggota Ikhwanul Muslimin ditekankan agar membiasakan hidup bersih, tidak merokok dan mengurangi minum kopi dan teh; karena hal itu akan mengganggu kesehatan. Pendidikan jasmani ini ditujukan: pertama, agar setiap muslim berbadan sehat dan berupaya memelihara kesehatan fisik dan mental. Kedua, agar setiap muslim dapat beraktifitas dengan lincah dan positif. Ketiga, agar setiap muslim mempunyai daya tahan tubuh yang senantiasa prima.
Sejalan dengan pemikiran tesebut diatas; Ikhwanul Muslimin juga mementingkan pendidikan sosial. Menurutnya, bahwa pendidikan sosial merupakan salah satu misi perjuangannya. Dalam kaitan ini, Yusuf Al-Qardawi mengatakan bahwa beribadah merupakan konsekuensi hubungan dengan Allah, sedangkan kepedulian sosial merupakan konsekuensi hubungan antar sesama manusia. Dan perjuangan merupakan pengejawantahan hubungan dengan musuh-musuh agama.
2.Karakter Pendidikan Islam
Menurut Ikhwanul Muslimin, bahwa karakter pendidikan Islam tidak hanya terletak pada optimalisasi pengembangan potensi dan sumber daya manusia; tetapi harus didasarkan pula pada kejernihan iman dan niat yang positif. Karena tanpa itu semua sains dan teknologi hanya akan jadi bomerang, bahkan dapat mendatangkan marabahaya kehidupan yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Untuk mewujudkan karakter pendidikan yang demikian, maka perlu didasarkan pada rasa persaudaraan yang kokoh, keterpautan dan kepedulian sesama muslim; bahkan kalau perlu siap menghadapi penderitaan. Dalam hal ini, sejarah mencatat beberapa tokoh Ikhwanul Muslimin yang darah dan dagingnya mati ditiang gantungan.
3.Lembaga Pendidikan
Selain berbicara tentang sistem dan karakteristik pendidikan, Ikhwanul Muslimin juga berbicara tentang lembaga pendidikan. Dalam hal ini, Ikhwanul Muslimin mengajukan lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan lembaga pendidikan non-formal (diluar sekolah).
Salah satu upaya untuk menangani pendidikan sekolah, Ikhwanul Muslimin membentuk komite khusus dibidang pendidikan dikantor pusat, panitia penyelenggara pendidikan. Dalam seluruh jenjang pendidikan formal, Ikhwanul Muslimin memberikan ciri Islam yang sangat kuat. Dalam hubungan ini, Mariyam Jamilah mengatakan, bahwa Hasan Al-Bana, selaku pendiri Ihwanul Muslimin tidak bosan-bosannya menghimbau pemerintah agar menata kembali pendidikan yang berasaskan Islam dan memperhatikan pentingnya penyusunan kurikulum yang berbeda antara siswa dan siswi, dan secara khusus ia memohon agar pengajar ilmu-ilmu eksakta tidak di baurkan dengan faham materialisme modern.
Selanjutnya berkenaan dengan pendidikan luar sekolah, Ikhwan Muslimin berpandangan bahwa pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang di selenggarakan di luar sekolahan melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Baik melalui keluarga, kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan lainnya yang sejenis. Dalam hal ini Ikhwan al-Muslimin menyelenggarakan kegiatan keagamaan, kursus, kejuruan untuk anak putus sekolah; pendidikan privat bagi anak laki-laki dan perempuan, serta pendidikan kewiraswastaan bagi mereka yang tidak mampu lagi untuk meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain itu Ikhwan Muslimin juga menyelenggarakan pendidikan dengan sistem halaqah, yaitu pendidikan yang di selenggarakan secara berkelompok dan membentuk lingkaran. Pendidikan ini merupakan suatu aktivitas yang paling esensial bagi para anggotanya. Sesungguhnya keterlibatan Ikhwanul Muslimin dalam halaqah ini merupakan suatu keharusan. Karena halaqah adalah unsur paling pokok dalam pergerakan. Hal ini pernah dilakukan Abu Darda' di masjid, yaitu ketika ia mengajarkan Al-Qur'an semenjak matahari terbit hingga shalat dzuhur dengan membagi muridnya sebanyak sepuluh orang tiap kelompok yang dipandu oleh seorang guru dalam setiap kelompok.
4.Metode Pendidikan Islam
Sejalan dengan kegiatan pendidikan tersebut, Ikhwanul Muslimin menawarkan berbagai metode pendidikan yang dapat digunakan sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. Diantara metode pendidikan tersebut adalah metode pendidikan melalui teladan, teguran, hukuman, cerita, pembiasaan dan pengalaman konkret. Secara keseluruhan metode tersebut dapat dijumpai dasarnya baik dalam Al-Qur'an maupun praktek yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam membina para sahabat beliau.
Bedasarkan uraian diatas terlihat dengan jelas bahwa konsep pendidikan yang ditawarkan Ikhwanul Muslimin sejalan dengan visi dan misi pejuangannya, yaitu membebaskan masyarakat dari keterbelakangan baik dalam kehidupan beragama, sisi ekonomi, politik, sosial, ilmu pengetahuan, maupun kebudayaan. Dengan demikian Ikhwanul Muslimin menempatkan pendidikan sebagai alat untuk meningkatkan harkat dan martabat umat Islam khususnya yang berada di mesir pada saat itu. Untuk mencapai visi dan misi tersebut Ikhwanul Muslimin telah menggunakan semua jenis dan model pendidikan dari yang besifat formal sampai pada pendidikan non-formal.
Demikian pula berbagai metode yang dipandang efektif dan berdaya guna dapat digunakan sebagai cara untuk menerapkan pendidikan.

E. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
Pemikiran pendidikan Ikhwan Muslimin dibidang pendidikan berkaitan dengan upaya mengintegrasikan sistem pendidikan yang dikotomis antara pendidikan agama dan pendidikan umum.
Menurut Ikhwanul Muslimin, bahwa karakter pendidikan Islam tidak hanya terletak pada optimalisasi pengembangan potensi dan sumber daya manusia; tetapi harus didasarkan pula pada kejernihan iman dan niat yang positif.
Salah satu upaya untuk menangani pendidikan sekolah, Ikhwanul Muslimin membentuk komite khusus dibidang pendidikan dikantor pusat, panitia penyelenggara pendidikan. Dalam seluruh jenjang pendidikan formal, Ikhwanul Muslimin memberikan ciri Islam yang sangat kuat.
Diantara metode pendidikan yang diusung Ikhwanul Muslimin adalah metode pendidikan melalui teladan, teguran, hukuman, cerita, pembiasaan dan pengalaman konkret.
Konsep pendidikan yang ditawarkan Ikhwanul Muslimin sejalan dengan visi dan misi pejuangannya, yaitu membebaskan masyarakat dari keterbelakangan baik dalam kehidupan beragama, sisi ekonomi, politik, sosial, ilmu pengetahuan, maupun kebudayaan. Dengan demikian Ikhwanul Muslimin menempatkan pendidikan sebagai alat untuk meningkatkan harkat dan martabat umat Islam khususnya yang berada di mesir pada saat itu. Untuk mencapai visi dan misi tersebut Ikhwanul Muslimin telah menggunakan semua jenis dan model pendidikan dari yang besifat formal sampai pada pendidikan non-formal.

DAFTAR PUSTAKA
Jamila, Maryam. (Penrj) Lutfi, Hamid AB. 1989. Para Mujahid Agung. Cet II. Bandung: Mizan.
Boisard, Marcel A. (Penrj) Rasyidi, HM. 1980. Humanisme Dalam Islam. Cet I. Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, Harun (Edt). 1993. Ensiklopedia Islam. Jilid I. Jakarta; Anda Utama.
Gharishah, Ali. (Penrj) Basyarah, Salim. 1992. Lima Dasar Gerakan Ikhwan Al-Muslimin.Cet IV. Jakarta: Gema Insani Perss.
Al-Banna, Hasan. (Penrj) Marjuned, Ramlan. 1987. Konsep Pembaharuan Masyarakat Islam. Cet I. Jakarta: Media Da'wah.
Al-Qardhawai, Yusuf. (Penrj) Husain, Nabhan. 1985. Sistem Pendidikan Ikhwan Al-Muslimin. Cet I. Jakarta: IIFSO.
Musa, Ishak Al-Husaini. 1983. Ikhwan Al-Muslimin. Cet I. Jakarta: Grafiti Perss.
Al-Kailani, Ismail. (Penrj) Suhandi, Kathur. 1992. Sekuralisme: Upaya Memisahkan Agama Dan Negara. Cet II. Jakata: Pusataka Al-Kautsar.
Masyur, Musthafa. (Penrj) Farhat, Abu. 1990. Ikhwan Al-Muslimin Menjawab Gugatan. Cet I. Jakarta: CV. Esya.
Sadzali, Munawir. 1992. Islam Dan Tata Negara. Cet IV. Jakarta: UI Perss.