A. Latar Belakang Masalah
Lebih dari setengah abad yang lalu Indonesia dijajah oleh kolonial Belanda selama kurang lebih tiga setengah abad. Pada masa itu pendidikan di Indonesia sangat memperihatinkan. Belum adanya lembaga pendidikan selain lembaga pendidikan dari kolonial yang hanya diperuntukkan bagi tuan tanah; Lebih dari separuh penduduk Indonesia tidak mengenyam pendidikan; yang ada malah dipaksa untuk memenuhi segala fasilitas demi kepentingan kolonial.
Setelah Indonesia memasuki babak kemerdekaan lembaga pendidikan mulai dirintis, yang bertujuan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Setengah abad lebih pendidikan di Indonesia berjalan, namun belum bisa menemukan rel-rel pijakan dalam merumuskan materi pelajaran yang harus dilalui oleh anak didik yang pas atau yang biasa disebut kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan di Indonesia.
Lebih dari delapan kali atau tepatnya sembilan kali semenjak tahun 2006 kemarin, kurikulum pendidikan di Indonesia sudah berubah-ubah. Namun sampai saat ini kuirikulum tersebut belum bisa menjadi formulasi yang jitu dalam mengatur masalah pendidikan di Indonesia.
Akan lebih menarik apabila kita telusuri bersama apa sebenarnya orientasi dari sembilan kurikulum yang sudah berlaku di Indonesia sampai saat ini.
B. Sejarah Perjalanan Kurikulum Di Indonesia
Indonesia memproklamatirkan kemerdekaannya dua tahun (tepatnya tahun 1945) sebelum pendidikan di Indonesia bisa dikatakan berjalan walaupun masih apa adanya. Pendidikan tidak akan lepas dari prosesi pembelajaran yang harus dilalui dalam setiap jenjang pendidikan; atau biasa disebut kurikulum pendidikan. Begitu pula awal berdirinya pendidikan di Indonesia, kurikulumnya pun masih bisa dikatakan belum tertata rapi. Dari waktu kewaktu kurikulum pendidikan di Indonesia selalu berusaha untuk disempurnakan. Namun sampai saat ini pendidikan di Indonesia belum mendapatkan formulasi kurikulum yang tepat dan pas.
Alangkah baiknya kalau kita ikut menilik perjalanan kurikulum di Indonesia sebelum mempunyai anggapan mengapa kegagalan selalu menghinggapi pendidikan di Indonesia. Perjalanan kurikulum di Indonesia antara lain:
1)Rencana Pembelajaran Tahun 1947
Setelah Indonesia merdeka selisih dua tahun kurikulum pendidikan sudah mulai dibentuk walaupun masih berupa rencana materi pembelajaran. Kurikulum ini memakai istilah leer plan; dalam bahasa Belanda berarti rencana pembelajaran yang memang lebih popular ketimbang Curriculum (Bahasa Inggris).
Pada tahun ini perubahan kisi-kisi pelajaran lebih bersifat politis.. dan orientasinya lebih ditekankan pada kepentingan Negara; yang asas pendidikannya ditetapkan Pancasila.
2)Rencana Pembelajaran Terurai Tahun 1952
Kurikulum ini lebih merinci pada setiap mata pelajaran yang disebut rencana pembelajaran terurai 1952. silabus pelajarannya sangat jelas dan seorang guru mengajar satu pelajaran.
3)Rencana Pendidikan 1964
Dipenghujung era presiden Soekarno, muncul kurikulum baru; yaitu rencana pendidikan 1964 atau lebih dikenal dengan sebutan kurikulum 1964. Titik tekan dari kurikulum ini adalah pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral; yang dikenal dengan istilah Pancawardhana. Mata pelajaran dalam kurikulum ini diklarifikasikan dalam lima kelompok bidang studi, yaitu: moral, kecerdasan, emosional/ artistik, ketrampilan dan jasmaniyah. Pada dasarnya kurikulum ini lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
4)Kurikulum 1968
Kelahiran kurikulum ini bernuansa politik; mengganti produk orde lama dengan produk orde baru. Tujuan kurikulum ini adalah pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 ini menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran, kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. Jumlah materi pelajaran yang diajukan ada 9 buah.
Kurikulum ini disebut sebagai kurikulum bulat. Kurikulum yang hanya memuat mata pelajaran pokok saja. Muatan pelajarannya-pun bersifat teoritis; tidak mengaitkan materi pelajaran dengan permasalahan faktual dilapangan. Titik tekan terberat hanya pada materi apa yang tepat yang harus diberikan kepada siswa disetiap jenjang pendidikan yang harus dilalui.
5)Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 lebih menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang melatar belakangi berdirinya kurikulum ini adalah pengaruh konsep mangemen, yaitu managemen obyektifitas.
Metode, materi dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Pada kurikulum ini dikenal dengan istilah satuan pengajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi; yaitu: petunjuk umum, Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi. Kurikulum 1975 ini banyak menuai kritikan; dikarenakan guru terlalu disibukkan menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
6)Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan suatu kegiatan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Seniawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta, sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA-pun bermunculan.
7)Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini memiliki jiwa yang ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan tujuan dan proses pembelajaran.
Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.
Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999 membuat perubahan pada kurikulum ini. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
8)Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di pulau jawa, dan kota besar di luar pulau jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum. Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Kemudian muncullah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pelajaran (KTSP).
B. Orientasi Kurikulum Di Indonesia
Dalam perjalanannya, kurikulum di Indonesia mengalami banyak perubahan dan penyempurnaan. Namun apa sebenarnya orientasi dari kurikulum pendidikan itu sendiri.
Orientasi setiap kurikulum yang berlaku dalam pendidikan di Indonesia berbeda-beda, yang kesemuanya itu tak lepas dari konsep perancang awal kurikulum tersebut. Maka dari itu perlu kiranya pemaparan tentang orientasi setiap kurikulum yang berlaku di Indonesia secara parsial. Orientasi setiap kurikulum pendidikan yang pernah dipakai di Indonesia secara parsial dapat diutarakan sebagai berikut:
1.Orientasi Rencana Pembelajaran Tahun 1947 Dan Rencana Pembelajaran Terurai Tahun 1952
Pada tahun ini orientasi kurikulum adalah penekanan terhadap pemahaman materi pelajaran yang diberikan. Dan perubahan kisi-kisi pelajaran lebih bersifat politis.. sedangkan orientasi globalnya lebih ditekankan pada kepentingan Negara; yaitu menciptakan dan merealisasikan pendidikan nasional; yang asas pendidikannya ditetapkan Pancasila.
2.Orientasi Rencana Pendidikan 1964
Orientasi dan titik tekan dari kurikulum ini adalah pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral; yang dikenal dengan istilah Pancawardhana.
Pada dasarnya kurikulum ini lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
3.Orientasi Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 ini berorientasi pada pendekatan organisasi materi pelajaran, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus.
Titik tekan terberat hanya pada materi apa yang tepat yang harus diberikan kepada siswa disetiap jenjang pendidikan yang harus dilalui.
Kurikulum ini merupakan produk baru dari pemerintahan orde baru. Pemerintahan ORBA menyadari bahwa pendidikan adalah sarana yang paling penting dan strategis dalam menguatkan pemberdayaan masyarakat diberbagai bidang. Karena itu perencanaan pendidikan harus tersentralisasi pada pemerintahan pusat.
4.Orientasi Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 lebih menekankan tujuan dan sistematika pengajaran. Pada sistematika pengajaran yang digunakan ada istilah satuan pengajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi; yaitu: petunjuk umum, Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi.
5.Orientasi Kurikulum 1984 (CBSA).
Dengan CBSA, para siswa diharapkan tidak hanya mampu dan terampil dalam memahami dan mempraktekkan suatu teori; Melainkan juga diharapkan memiliki ketrampilan proses atau metodologi dalam menemukan masalah. Dengan demikian pengajaran tidak hanya pada tujuan penguasaan materi (Subject Matter Orinted) melainkan juga memiliki penguasaan terhadap metodologi. Dengan kata lain, seorang anak didik diharapkan tidak hanya memperoleh ikan melainkan juga menguasai cara bagaimana mendapatkan ikan yang banyak. Sehingga apabila suatu ketika ikannya habis, ia akan bisa mencarinya sendiri.
Melalui pengajaran CBSA seorang siswa diharapkan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, kreatif, inovatif, serta kritis. Cara pembelajaran seperti ini ditawarkan untuk menggantikan metode pengajaran sebelumnya yang dianggap cenderung berpusat pada guru (Teacher sentris) dan kurang berpusat pada murid (Student sentris) atau lebih dikenal dengan istilah DDCH, yaitu: datang, duduk, catat dan hafalkan. Metode seperti ini kurang mampu menggali potensi anak didik dalam mengembangkan kreatifitasnya.
6.Orientasi Kurikulum 1994 Dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum ini menekankan pada kombinasi antara tujuan kurikulum 1975 dengan proses pengajaran kurikulum 1984. namun perpaduan ini tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Kurikulum ini dinilai terlalu memberatkan siswa. Mulai dari muatan nasional ditambah lagi dengan muatan lokal; yang kesemuanya itu semakin menambah materi pelajaran yang dibebankan kepada anak didik.
7.Orientasi Kurikulum 2004; Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum ini menekankan pada pengembangan kemampuan siswa dalam melakukan tugas-tugas dan standart perform tertentu. Sehingga hasil yang didapat bisa dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, nilai, sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk keahlian khusus. Model kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa sehingga hasilnya dapat diamati alam bentuk perilaku ataupun ketrampilan peserta didik sebagai suatu kriteria pendidikan.
C. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
Bahwa sejarah perjalanan kurikulum di Indonesia adalah sebagai berikut:
Rencana pelajaran 1947
Rencana pelajaran terurai 1952
Kurikulum 1968
Kurikulum 1975
Kurikulum 1984; Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Kurikulum 1984
Kurikulum 1994 Dan Suplement Kurikulum 1999
Kurikulum 2004; Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum 2006; Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP)
Bahwa orientasi kurikulum pendidikan yang pernah dipakai di Indonesia adalah:
1) Orientasi Rencana Pembelajaran Tahun 1947 Dan Rencana Pembelajaran Terurai Tahun 1952 adalah pemahaman terhadap materi pembelajaran; 2) Orientasi Rencana Pendidikan 1964 adalah pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral; yang dikenal dengan istilah Pancawardhana. 3) Orientasi Kurikulum 1968 adalah pada pendekatan organisasi materi pelajaran, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. 4) Orientasi Kurikulum 1975 lebih menekankan tujuan dan sistematika pengajaran. 5) Orientasi Kurikulum 1984 (CBSA) adalah agar para siswa tidak hanya mampu dan terampil dalam memahami dan mempraktekkan suatu teori; Melainkan juga diharapkan memiliki ketrampilan proses atau metodologi dalam menemukan masalah. 6) Orientasi Kurikulum 1994 Dan Suplemen Kurikulum 1999 adalah pada kombinasi antara tujuan kurikulum 1975 dengan proses pengajaran kurikulum 1984. 7) Orientasi Kurikulum 2004; Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah menekankan pada pengembangan kemampuan siswa dalam melakukan tugas-tugas dan standart perform tertentu. Sehingga hasil yang didapat bisa dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Hamaluk, Oemar. 1992. Administrasi & Supervisi Pengembangan Kurikulum. Cet I. Bandung: Mandar Maju.
Mudyahardjo, Redja. 2002. Pengantar Pendidikan (Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia). Cet II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution, Harun. 1999. Kurikulum & Pengajaran. Cet III. Bandung: Bumi Aksara.
_____________. 2003. Asas-Asas Kurikulum. Cet V. Bandung: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2002. Pembinaan & Pengembangan Kurikulum Disekolah. Cet IV. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar