welcome to the free zone...your expression is amazing...

Minggu, 02 Maret 2008

pendidikan islam menurut ibnu khaldun

A. Latar Belakang Masalah
Kekayaan literatur ilmu pengetahuan mulai berkembang dalam Islam pada masa bani Abbasiyah. Dimana ketika itu lahirlah tokoh-tokoh Islam yang melahirkan banyak disiplin ilmu baru bagi peradaban dunia. Dapat diambil contoh: Ibnu Shina yang menjadi penemu disiplin ilmu kimia dan kedokteran, Al-Jabbar sebagai penemu Matematika; lalu Ibnu Khaldun yang menggagas ilmu Ekonomi,Sosiologi dan metode pendidikan dalam Islam.
Apabila ditelaah lebih lanjut sebenarnya kodifikasi ilmu yang dilakukan oleh orang barat merupakan jiplakan dari literatur ilmu Islam. Oleh orang barat Ibnu Shina disebut dengan nama yang berbau "kebarat-baratan", yaitu Averous. Dan masih banyak contoh lainnya.
Yang lebih parahnya lagi ketika sebuah institusi yang notabenenya bernafaskan dan bernuansa Islam seperti PTAI/ STAI/ UI dan sebagainya mengambil dan merujuk referensi literatur ilmu dari barat. Para mahasiswa akan merasa lebih gagah apabila mengadopsi pendapat/ pemikiran dari tokoh barat seperti Adam Smith ketimbang tokoh Islam seperti Ibnu Khaldun ketika membahas dan mendiskusikan disiplin ilmu ekonomi.
Seharusnya kita sebagai umat Islam malu; kenapa kita yang dahulunya bisa mengangkangi orang barat sekarang malah merujuk dan membuntut pada mereka baik dalam khasanah keilmuan maupun budaya dan peradaban.
Dalam hal ini kami akan membahas sedikit tentang Ibnu Khaldun; tokoh Islam yang memberikan sumbangsih dalam pendidikan Islam. Yang nantinya akan lebih mengarah pada biografi dan metode pembelajaran beliau.
B. Biografi Ibnu Khaldun
Abdul Rahman Abu Zaid Waliyu ad-Din Ibn Khaldun, itulah nama asli dari Ibnu Khaldun. Dia adalah cendikiawan dan ilmuwan Muslim yang fenomenal sebelum Auguste Comte hingga sekarang.
Nama Abu Zaid di ambil dari nama ayahnya, karena kebiasaan bangsa Arab jika tidak mengetahui nama asli yang sebenarnya maka akan memanggil dengan nama ayahnya. Sedangkan Waliyu ad-Din adalah sebuah gelar setelah beliau menjabat sebagai hakim di Mesir. Dan nama Ibnu Khaldun diambil dari nama kakeknya yaitu Khalid bin 'Utsman.
Ibnu Khaldun dilahirkan di bagian utara benua Afrika yaitu Tunisia, di saat shubuh tanggal 1 Ramadhan 237 H bertepatan dengan tanggal 27 Mei 1332 M. Beliau dilahirkan Di salah satu rumah pada lorong kecil di kawasan pasar lama, ibu kota Tunis, Di situlah keluarganya menetap setelah pindah dari Spanyol. Keluarga Ibnu Khaldun berasal dari Yaman, yang kemudian pindah ke Andalusia (Spanyol). Ketika keluarga Ibnu Khaldun mulai merasa akan semakin dekat jatuhnya kerajaan Andalusia ke tangan Spanyol pada tahun 1248, mereka keluar menuju Melilia-Maroko, lalu pergi ke Tunisia pada masa kekuasaan Abi Zakariya Hafsid pada tahun 1228-1249.
Semenjak kecil beliau telah hafal al-Qur'an. Selama masa kecilnya itu beliau secara langsung dididik oleh ayahnya sendiri. Pada waktu remaja Ibnu Khaldun belajar di masjid Zaitunnah yang terletak disamping rumahnya. Masjid ini sebagai pusat keruhanian dan keilmuan di Tunis sebelum adanya Universitas al-Azhar di Kairo yang didirikan pada dinasti Fatimiyyah. Di masjid inilah Ibnu Khaldun mendapatkan keilmuan yang sangat banyak diantaranya mempelajari qiro'ah seperti qiro'ah Sab'ah dan qiro'ah ya'qub, mempelajari ilmu hukum Islam dari tafsir Qur'an, Hadits, dan Fiqih madzhab Maliki, dan sebagainya.
Ibnu Khaldun mempunyai keahlian menulis huruf Arab dengan baik, tulisannya sangat terkenal sekali di kalangan para pejabat negara. Oleh karena itu Ibnu Khaldun sering diperintah oleh pemerintah untuk menulis surat yang akan dikirim ke pemerintahan yang lainnya. Dari sinilah Ibnu Khaldun mulai memasuki dunia politik. Pengalamannya berkhidmat kepada pemerintah dimulai dari Afrika Utara hingga Andalusia. sehingga Ibnu Khaldun banyak sekali orang yang suka dan tak lepas pula orang yang benci kepadanya. Akibat dari kebencian itu, pada akhirnya beliau difitnah dan dimasukan kedalam penjara.
Setelah keluar dari penjara, Ibnu Khaldun mulai berkonsentrasi pada bidang penulisan dan penelitian. Beliau juga melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-'Ibar (tujuh jilid) yang telah beliau revisi dan ditambah bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab "al-'Ibar wa Diwanul Mubtada' awil Khabar fi Ayyamil 'Arab wal 'Ajam wal Barbar wa Man 'Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar".
Pada umurnya yang ke 36 tahun Ibnu Khaldun mulai menulis fenomena masyarakat yang ditulis dalam karya agungnya "Muqoddimah Ibnu Khaldun". Pemikiran Ibnu Khaldun sangat relevan pada saat sekarang ini. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan gejala-gejala sosial dengan metode-metodenya yang masuk akal, yang dapat kita lihat bahwa beliau menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan al-Qur'an yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman.. Oleh kerena itu pendidikan al-Qur'an dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman beliau.
Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, ia wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.
C. Metode Pembelajaran Ibnu Khaldun
Menurut beliau, pengajaran al-Qur'an patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain. Karena didalam al-Qur'an mencakup segala bentuk ilmu pengetahuan; dan karena al-Qur'an merupakan pedoman yang harus menjadi pegangan hidup. Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam pembelajaran, disamping juga harus belajar ilmu-ilmu lainnya.
Ibnu Khaldun memberi perhatian yang cukup besar terhadap ahlak dalam pembelajaran. Ibnu Khaldun menganjurkan kepada para guru/ pendidik dalam memberikan pembelajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.Menganjurkan kepada para pendidik agar mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan metode yang baik dan memberitahukan kepada mereka akan manfaatnya.
2.Tidak mengajar dengan sikap yang kasar dan kata-kata kotor/ kata-kata tidak pantas.
3.Pendidik hendaknya bersikap sopan dan bijak terhadap muridnya.
Ibnu Khaldun menyatakan pendidik hendaknya memiliki sifat-sifat yang baik, seperti sifat lemah lembut, menjadi uswatun hasanah, memperhatikan keragaman anak didiknya, mengisi waktu luang dengan perbuatan yang bermanfaat, selalu meningkatkan profesionalitas dan wawasan yang luas.
Dalam pembelajaran, guru hendaknya tidak memberikan materi yang sulit terlebih dahulu dari ilmu yang dipelajari peserta didik. Apapun dalih dan alasannya hal tersebut tidak memberi manfaat bagi siswa. Menurut Ibnu Khaldun memberi pelajaran awal dengan sesuatu yang sulit akan menjadikan siswa bingung.
Anak didik tidak akan mampu menerima hal-hal yang sulit selama belum ada latihan dan dasar ilmu yang mendukung. Tetapi apabila anak didik sudah dilatih dan diberi konsep ilmu tersebut secara terus menerus dan terlatih maka pelajaran yang sulit bukan merupakan hambatan bagi peserta didik; di sisi lain, siswa tidak akan bosan.
Demikian juga dalam mengajarkan ilmu kepada siswa hendaknya dilakukan dengan berangsur-angsur. Ibu Khaldun mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang diberikan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah.
Dengan adanya metode bertahap, maka akan memberi kesempatan kepada otak anak didik untuk berfikir dan menyimpan informasi yang mereka peroleh dari pendidiknya; di sisi lain, dalam otak siswa akan terjalin semacam endapan memori pengetahuan yang tersusun secara teratur. Pada akhirnya akan membentuk suatu pengetahuan yang utuh. Keutuhan pengetahuan tersebut di dapatkan siswa dari pembelajaran yang bertahap dan berangsur-angsur yang diterimanya. Ilmu pengetahuan yang berangsur-angsur tersebut membentuk sebuah kerangka bangunan yang utuh, yang pada akhirnya menjadi bangunan ilmu yang lengkap.
Menurut Ibnu Khaldun dalam pembelajaran ada hal penting yang perlu menjadi perhatian guru yaitu:
1.Guru hendaknya mengajarkan hal-hal pokok pada setiap cabang pembahasan yang dipelajarinya.
2.Keterangan-keterangan yang diberikan hendaknya bersifat umum dan menyeluruh.
3. Guru hendaknya memperhatikan kemampuan akal siswa.
4.Guru hendaknya memperhatikan kesiapan siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan.
5.Apabila siswa sudah memahami pelajaran pokok dan cabang-cabangnya, guru hendaknya melanjutkan pengajaran kepada tingkat yang lebih tinggi.
6.Guru hendaknya tidak merasa puas dengan pembahasan yang bersifat umum.
7.Setelah cara pembahasan bersifat umum dianggap sukses guru hendaknya memperluas pembahasan lebih dalam dan membahas segi-segi yang menjadi pertentangan dan pandangan-pandangan yang berbeda terhadap persoalan-persoalan yang dibahas hingga tuntas dan menyeluruh, sehingga keahlian siswa dapat tercapai sempurna.
Pengetahuan dan pemahaman terhadap psikologi perkembangan anak dan psikologi pembelajaran menjadi sebuah kewajiban dan keharusan bagi para pendidik. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa guru tidak dapat mendidik, mengajar, serta menerapkan metode yang tepat tanpa bantuan pengetahuan pendukung yaitu psikologi pengajaran dan psikologi perkembangan anak.
Menurut Ibnu Khaldun mendidik anak dengan kekerasan akan membahayakan anak didik, hal-hal yang membahayakan tersebut adalah sebagai berikut:
1.Kekerasan akan disimpan/ diambil oleh siswa menjadi sebuah kepribadiannya.
2.Mencegah perkembangan anak didik.
3.Kekerasan akan menimbulkan kemalasan, kecurangan, penipuan dan kelicikan.
4.Siswa menjadi penakut.
5.Kepribadian siswa menjadi terpecah/ tidak satunya kata dan perbuatan.
6.Mengajar dengan kekerasan akan menjadsi rujukan kepribadian anak. Anak akan mengambil sikap keras tersebut sebagai bagian dari kepribadiannya yang permanen.
7.Pembelajaran dengan kekerasan akan merusak sifat kemanusiaan dan sikap perwira.
8.Siswa yang terbiasa dididik dengan kekerasan akan malas membentuk dirinya dengan sifat keutamaan dan keluhuran moral.
9.Siswa akan cenderung rendah diri atau tidak pecaya diri.
10.Siswa cenderung berakhlak buruk.
Maka, kekerasan dalam dunia pendidikan berakibat fatal bagi peserta didik. Tidak dapat dipungkiri peserta didik adalah manusia merdeka, manusia membutuhkan kasih sayang, peserta didik adalah manusia dan ingin dianggap dan diperlakukan selayaknya manusia. Pembelajaran dengan kekerasan hanya akan meninggalkan jiwa-jiwa yang terjajah, jiwa-jiwa yang memendam dendam dan bara perlawanan. Mungkin suatu saat nanti jiwa-jiwa yang terjajah tersebut juga kan menjajah orang lain yang dianggapnya lemah dan berada di bawah kekuasaannya.
Pembelajaran dengan kekerasan hendaknya dihapuskan dalam dunia pendidikan. Penghapusan kekerasan dalam pendidikan hendaknya menjadi bagian dari keinginan untuk memajukan pendidikan, peningkatkan akhlak dan moral anak didik.
D. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
Ibnu Khaldun dilahirkan di bagian utara benua Afrika yaitu Tunisia, di saat shubuh tanggal 1 Ramadhan 237 H bertepatan dengan tanggal 27 Mei 1332 M. ia wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.
Menurut beliau, pengajaran al-Qur'an patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain. Karena didalam al-Qur'an mencakup segala bentuk ilmu pengetahuan; dan karena al-Qur'an merupakan pedoman yang harus menjadi pegangan hidup. Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam pembelajaran, disamping juga harus belajar ilmu-ilmu lainnya.
Ibnu Khaldun memberi perhatian yang cukup besar terhadap ahlak dalam pembelajaran. Ibu Khaldun juga mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang diberikan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah.
Menurut Ibnu Khaldun mendidik anak dengan kekerasan akan membahayakan anak didik. Maka, kekerasan dalam dunia pendidikan akan berakibat fatal bagi peserta didik. Pembelajaran dengan kekerasan hanya akan meninggalkan jiwa-jiwa yang terjajah, jiwa-jiwa yang memendam dendam dan bara perlawanan. Mungkin suatu saat nanti jiwa-jiwa yang terjajah tersebut juga kan menjajah orang lain yang dianggapnya lemah dan berada di bawah kekuasaannya.
Pembelajaran dengan kekerasan hendaknya dihapuskan dalam dunia pendidikan. Penghapusan kekerasan dalam pendidikan hendaknya menjadi bagian dari keinginan untuk memajukan pendidikan, peningkatkan akhlak dan moral anak didik.
E. Saran
Kiranya perlu sekali, kita sebagai calon pendidik, mampu meniru dan mempraktekkan metode yang digunakan Ibnu Khaldun; demi terciptanya masyarakat Indonesia yang cerdas dan berakhlak mulia.

DAFTAR PUSTAKA
Ihsan, Hamdani & Ihsan, Fuad. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Cet II. Bandung: Pustaka Setia.
Langgulung, Hasan. 1979. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
H.M., Ariin. 1977. Psikologi Dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia. Jakarta: Bulan Bintang.
Muchsin, Misri A. 2002. Filsafat Sejarah Dalam Islam. Cet I. Djojakarta: Ar-Ruzz Perss.
Http://Islamintelek.Blogspot.Com/Agustianto/Metode Mengajar Menurut Ibn Khaldun/ Januari 2007.
Http://Swaramuslim/For Izzatul Islam Wal Mukmin Wal Mukminat/20 Desember 2007.
Http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=307721&kat_id=164/Ibnu Khaldun/Oktober 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar