A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan ini tidaklah kekal. Manusia diciptakan oleh Tuhan tidak untuk kepentingan-Nya; melainkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Manusia haruslah bisa memanfaatkan waktu yang diberikan untuk bisa mencapai ridho-Nya agar selamat dalam menjalani kehidupan ini dan kehidupan setelahnya.
Manusia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk menentukan kehidupannya sendiri. Ingin pintar harus belajar, ingin kaya harus bekerja keras. Manusia diberi anugerah berupa akal pikiran untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan akallah manusia bertindak. Akan tetapi manusia juga diberi nafsu yang selalu condong kapada keburukan dan kejelekan. Kehidupan memanglah pilihan; pilihan untuk menjadi baik atau menjadi buruk. Dengan pilihan semacam itu, manusia bisa menentukan jalannya sendiri. Itulah hakekat kebebasan manusia.
Namun manusia tetaplah tidak lepas dari tangung jawab. Tanggung jawab sebagai kholifah fil’ardhi untuk menjaga alam semesta ini; tanggung jawab sebagai makhluk Tuhan untuk selalu menyembah kepada-nya. Dan tanggung jawab ini akan dipertanyakan oleh Tuhan kelak dihari akhir.
B. Hakikat Manusia Prespektif Al-Qur’an
Al-Qur’an mengungkapkan manusia dalam tiga istilah, yaitu:
1.Al-Basyar.
Menurut bahasa kata al-Basyar berarti suatu yang tampak baik dan indah atau bergembira dan memiliki kulit. Manusia disebut al-Basyar karena memiliki kulit yang permukaannya ditumbuhi rambut.
Kata Basyar merujuk pengertian manusia dalam kapasitasnya sebagai makhluk jasmaniyah, yang secara fisik memiliki persamaan dengan makhluk lainnya; yaitu membutuhkan makan dan minum untuk tetap hidup. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kata al-Basyar menunjukkan aspek realitas manusia sebagai pribadi sekaligus sebagai makhluk biologis.
2.Al-Nas, Al-Insan.
Al-Nas dalam konteks ini dipandang dari aspeknya sebagai makhluk sosial. Al-Qur’an menjelaskan bahwa penciptaan manusia bertujuan untuk bergaul dan berhubungan antara sesamanya. Saling membantu, saling menasehati agar berpegang pada kebenaran.
Kata al-Insan lebih mengacu kepada peningkatan derajat yang karenanya manusia diberi potensi berupa akal dan nurani demi mengemban beban tanggung jawab dan amanat sebagai kholifah fil ‘ardh. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
3.Bani Adam.
Secara umum istilah Bani Adam menunjukkan bahwa manusia berasal dari Adam AS. Dalam artian bahwa secara historis manusia merupakan keturunan Nabi Adam AS.
Dari sinilah maka persamaan dan persatuan umat manusia haruslah terbina. Karena pada dasarnya semua manusia adalah saudara.
C. Tujuan Dan Fungsi Kehidupan Manusia
Tujuan kehidupan manusia adalah menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka dari itu Tuhan menurunkan al-Qur’an untuk dijadikan sebagai pedoman bagi manusia agar bisa selamat didunia dan akhirat.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang berkewajiban untuk selalu menyembah dan bersujud kepada-Nya. Dalam al-Qur’an pun dituturkan, yang artinya: Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia; Maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.(QS. Al-Mu’min: 65)
dituturkan pula, yang artinya: Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah? (QS. An-Nahl: 52)
Dari sini dapat disimpulkan tujuan dan fungsi kehidupan manusia adalah menyembah kepada-Nya agar mendapat kebahagiaan didunia dan akhirat.
D. Kebebasan Manusia
Manusia diberi kekuasaan untuk memilih setiap tindakan yang hendak dilakukannya. Dalam pengertian yang berhubungan erat dengan kemerdekaan dan kebebasannya untuk mengerjakan amalan-amalan itu; seperti perihal keluar dari rumah menuju kepasar, memakan makanan dan mengenakan bermacam-macam pakaian.
Ada banyak perbedaan pendapat mengenai kebebasan manusia. Diantaranya ada yang mengatakan bahwa manusia hanyalah mengikuti apa-apa yang diperintahkan Tuhan untuk melakukannya. Pendapat ini seolah mengatakan bahwa manusia hanyalah sebagai boneka yang dipaksa untuk mengerjakan gerakan yang diinginkan oleh si Penggerak. Yang demikian inilah pendapat yang dianut oleh sekelompok golongan yang dikenal dengan sebutan al-Jabariyah.
Sementara itu ada salah satu pendapat yang bertolak belakang dengan pendapat kaum Jabariyah; yakni yang mengatakan bahwa manusia dapat melaksanakan pekerjaan dengan kemauannya sendiri; yang disebut al-Qodariah.
Adapun pendapat kaum Asy’ari mengatakan bahwa manusia hanyalah sebagai pelaku saja. Yang pasti menciptakan segala kegiatan manusia adalah Allah SWT. Dengan kata lain bahwa Allah yang menciptakan kenyang ketika manusia itu mau makan, Allah menciptakan pintar ketika manusia itu mau belajar.
Manusia diberi dan dibekali dengan kekuatan, bakat dan tenaga. Kesemuanya itu dapat digunakan untuk menuju kearah kebaikan, tetapi juga dapat digunakan untuk menuju kearah keburukan.
Allah SWT membekali manusia dengan akal dan pikiran sejak dari lahir yang dengannya manusia dapat membedakan antara yang benar dan salah. Dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam hal perbuatan. Serta dapat membedakan mana yang dusta dan tidak dusta dalam hal perkataan.
Manusia diberi kebebasan untuk berkehendak dan berbuat sesuai dengan keinginannya . Adapun ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan perihal ketetapan kebebasan dan kemerdekaan manusia antara lain, yang artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya. (QS. Al-Fusshilat: 46)
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).(QS. As-Syuura: 30)
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(QS. Ar-Rum: 41)
Namun demikian, manusia tidak akan bisa lepas dan menghindar dari ketetapan Allah SWT. Manusia memang mempunyai kebebasan dan hak memilih dalam segala perbuatan dan tindakannya; akan tetapi masih tetap dibawah koridor takdir Tuhan.
E. Tanggung Jawab Manusia
Adalah pasti bahwa manusia akan dimintai pertanggung jawabannya perihal segala perbuatan dan tingkah lakunya sendiri oleh Allah SWT kelak dihari akhir. Inilah akidah umat Islam yang harus selalu dipegang teguh. Karena dengan akidah ini manusia tidak akan bertindak dan berbuat semaunya sendiri tanpa memperhitungkan akibatnya kelak.
F. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
Secara definitif manusia adalah (1) makhluk jasmaniyah, yang secara fisik memiliki persamaan dengan makhluk lainnya; yaitu membutuhkan makan dan minum untuk tetap hidup. (2) Manusia juga sebagai makhluk sosial. Al-Qur’an menjelaskan bahwa penciptaan manusia bertujuan untuk bergaul dan berhubungan antara sesamanya. Manusia diberi potensi berupa akal dan nurani demi mengemban beban tanggung jawab dan amanat sebagai kholifah fil ‘ardh. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. (3) kemudian persamaan dan persatuan umat manusia haruslah terbina. Karena pada dasarnya semua manusia adalah saudara.
Tujuan dan fungsi kehidupan manusia adalah menyembah kepada-Nya, mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya; Agar mendapat kebahagiaan didunia dan akhirat.
Manusia diberi dan dibekali dengan kekuatan, bakat dan tenaga, serta akal dan pikiran sejak dari lahir; Yang dengannya manusia dapat membedakan antara yang benar dan salah. Manusia diberi kebebasan untuk berkehendak dan berbuat sesuai dengan keinginannya. Namun demikian, manusia tidak akan bisa lepas dan menghindar dari ketetapan Allah SWT. Manusia memang mempunyai kebebasan dan hak memilih dalam segala perbuatan dan tindakannya; akan tetapi masih tetap dibawah koridor takdir Tuhan.
Segala tingkah laku dan perbuatan manusia akan dimintai pertanggung jawabannya kelak. Dan itu adalah dipastikan oleh Allah SWT kelak dihari akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan & Rozak, Abdul. 2001. Ilmu Kalam IAIN & PTI. Cet I. Pustaka Setia: Bandung.
.Hari, Zamharir. 1987. Insan Kamil, Konsep Manusia Menurut Islam. Grafiti Perss: Jakarta.
H.M. Layli, Mansyur. 2000. Pemikiran Kalam Dalam Islam. Rosda Karya Remaja: Bandung.
Muchtar, Afiatun. 2001. Tunduk Kepada Allah SWT, Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia. Cet I. Khazanah Baru: Jakarta.
Nasution, Harun. 1982. Akal Dan Wahyu Dalam Islam. UI Perss: Jakarta.
Saqib, Sayid. 1995. Aqidah Islam (Ilmu Tauhid). Cet XIII. CV. Diponegoro: Bandung.
Supiana & Karman, M. 2003. Materi Pendidikan Agama Islam. Rosda Karya Remaja: Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar