BUKU METODE TAFSIR DAN KEMASLAHATAN UMAT TERJEMAHAN DARI “MANAHIJ AL-TAFSIR WA MASALIH AL-UMMAH – DR. HASAN HANAFI” OLEH MAS YUDIAN WAHYUDI
Konteks kajian dalam buku ini tidak hanya terfokus pada penafsiran teks-teks al-Qur’an menilik dari disiplin ilmu semacam ulumul qur’an ataupun qoidah ushul fiqh yang ada, tetapi juga mencoba untuk membuat bagaimana seharusnya interpretasi terhadap al-qur’an sebisa mungkin (bahkan harus bisa) menyentuh aspek sosio kultur dan politis yang melingkupinya.
Beliau – hanafi – mencoba memetakan berbagai metode-metode penafsiran terhadap “teks kuno ini” – al-qur’an – oleh ulama’-ulama’ yang pernah ada, lalu mencoba untuk memberikan akumulasi sisi baik dan buruknya. Metode-metode tersebut antara lain:
1. Metode linguistic (balaghah ma’ani)
Metode ini menitik beratkan penafsiran kata dan makna secara harfiah sehingga interpretasi yang dihasilkan tidak terpengaruh oleh emosi dan faktor eksternal dari teks tersebut. Gaya bahasa dan syair-syair yang indah memang sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari teks al-qur’an. Majas dan alegori menjadi pengantar yang akurat atas realitas dan fakta sehingga teks bias menjadi indah sekaligus mudah dipahami.
Namun metode tafsir ini terjebak kedalam jurang harfiah sehingga tercerabut dari kondisi dan situasi ketika wahyu diturunkan. Sehingga pada akhirnya mengabaikan realitas umat ketika teks itu diturunkan seolah-olah teks al-qur’an bukanlah ditujukan kepada mereka yang mengalaminya.
2. Metode historis (sanad)
Obyektifitas dan kemurnian metode ini dapat dipertanggung jawabkan karena kredibilitas para perawi yang tidak diragukan lagi kedhobitannya. Tetapi sisi historitas metode ini merubah wahyu menjadi sebuah peristiwa dan kejadian yang bersifat personal. Seolah pengambilannya berdasarkan pengalaman pribadi perawi.
3. Metode fiqh
Penafsiran ini lebih dikarenakan perebutan dominasi faham dan ideology untuk mngukuhkan kebenaran yang eksklusif.
4. Metode sufistik
Tafsir ini berangkat dari pengalaman kebathinan seorang mufasir sehingga lebih memperhatikan pergumulan dan pertentangan dari dalam kondisi jiwa mufasir sendiri. Hal tersebut mengakibatkan tafsir ini terjebak kedalam takwil dan perenungan metafisis yang menjauh dari kehidupan praksis.
5. Metode filosofis
Metode ini melampaui metode tekstual dan tradisional sehingga lebih bisa melahirkan dialektika yang jauh dari fanatisme. Namun tafsir ini menghilangkan sisi mistis-religius dan hakikat transeden dari al-qur’an sebagai wahyu ilahiyah karena lebih mengedepankan aspe rasio dan penalaran.
6. Metode dogmatis
Tafsir ini mengekspresikan situasi politik dalam pergumulan perebutan kekuasaan social masyarakat islam dan membangun prinsip-prinsip ideology islam. Namun metode ini juga memproduksi teks untuk menjustifikasi system dan kekuasaan yang ada.
7. Metode saintifik
Tafsir ini berani merespons modernisasi dan kemajuan teknologi. Namun seolah-olah sains mengendalikan dan mengontrol agama; teks suci diarahkan hanya untuk membenarkan teori sains bukan justru diarahkan untuk mengunggulkan teks al-qur’an yang mampu meramalkan kemajuan peradaban manusia.
8. Metode reformis
Tafsir ini berkomitmen pada persoalan umat dalam upaya untuk membangkitkan semangat pergerakan dalam merubah tatanan social menjadi lebih baik.
Kemudian beliau menawarkan metode tafsir sosial yang memang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengkooptasikan problematika yang mereka hadapi saat ini. usaha ini adalah dalam upaya mengkontemporerisasikan metode dalam menafsirkan teks agar sesuai dengan keperluan zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar